Luncurkan Program Mentari, Indonesia-Inggris Wujudkan Energi Rendah Karbon
Ilustrasi. (Foto: Kementerian ESDM)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng pemerintah Inggris meluncurkan program Menuju Transisi Energi Rendah Karbon (Mentari). Program ini untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi yang ramah lingkungan di Indonesia.

Program Mentari bertujuan untuk membawa pengalaman Inggris ke Indonesia terkait mengembangkan energi terbarukan, sehingga dapat menciptakan iklim usaha yang lebih baik.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengungkapkan, Indonesia berkomitmen untuk memenuhi target energi terbarukan dan menurunkan emisi hingga 23 persen di tahun 2025 mendatang.

"Kami optimis program ini dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan mengurangi kemiskinan melalui pengembangan energi terbarukan," katanya, dalam video conference, Kamis, 30 Juli.

Dalam pelaksanaannya, program Mentari akan memberi dukungan dalam aspek pengembangan kebijakan menuju terciptanya kerangka kerja regulasi yang lebih baik untuk mewujudkan iklim usaha energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih kondusif.

"Saat ini kami sedang mempersiapkan peraturan untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan, memprioritaskan pemanfaatannya untuk melistriki masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan kawasan terluar, sekaligus menargetkan untuk mengganti semua Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dalam tiga tahun ke depan," katanya.

Ego mengatakan, Program Mentari akan mendorong investasi swasta pada proyek EBT, baik on-grid maupun off-grid, dengan fokus pada kawasan timur Indonesia. Program ini akan membangun proyek percontohan micro-grid (jaringan skala mikro) yang terintegrasi dengan kegiatan bisnis produktif guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat menunjukkan potensi besar untuk proyek energi berbasis masyarakat.

Lebih lanjut, Ego menjelaskan, Mentari juga akan membangun kemitraan domestik dan internasional untuk berbagi praktik terbaik, pengetahuan, dan inovasi dalam penyediaan EBT.

Berdasarkan catatannya, potensi EBT Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia, sebesar 442 GW atau 6,5 kali kapasitas pembangkitan saat ini. Saat ini, Indonesia baru menggunakan 2,15 persen dari kapasitas tersebut, sehingga peluangnya masih sangat besar.

"Peralihan ke energi bersih menguntungkan semua pihak. Tidak saja mengurangi emisi berbahaya dan melindungi kelestarian lingkungan, namun pendekatan yang ramah lingkungan juga akan meningkatkan ketahanan energi dan membantu menyediakan listrik yang andal dan berbiaya rendah bagi seluruh rakyat Indonesia," jelasnya.

Sementara itu, Duta Besar Inggris Owen Jenkins mengatakan Indonesia berpotensi menjadi negara adidaya di sektor energi terbarukan. Owen berujar, saat ini dunia sedang menghadapi tantangan pemulihan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan memasuki dekade kritis dalam mengatasi perubahan iklim.

"Saya senang Inggris dapat menjalin kemitraan dengan Indonesia guna mendukung transisi energi (yang lebih ramah lingkungan). Kemitraan kami melalui Program Mentari mendukung pengembangan energi bersih di Indonesia, sebuah proses transisi yang memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang inklusif, pengentasan kemiskinan, akses energi yang aman dan terjangkau, serta penurunan emisi," katanya.

Sekadar informasi, program ini secara resmi diluncurkan pada 30 Juli dengan acara virtual yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Bapak Ego Syahrial. Bertindak selaku panelis adalah Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste Bapak Owen Jenkins, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Bapak FX Sutijastoto, serta Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Bapak Fabby Tumiwa.