Sedang memuat podcast...

Ilustrasi (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Beberapa waktu belakangan ini ramai #IndonesiaTerserah di media sosial. Tagar ini adalah bentuk kekecewaan warganet atas upaya pemerintah dalam menangani COVID-19. Tak hanya pemerintah saja, bahkan banyak warga yang juga seolah sudah tidak peduli lagi dengan PSBB yang sedang dijalankan sekarang.

Coba kita lihat kembali upaya pemerintah seminggu yang lalu dengan saksama. Pertama, mudik dilarang tapi yang memenuhi persyaratan boleh pesan tiket. Kedua, kelompok muda usia 45 tahun ke bawah diizinkan beraktivitas tapi berisiko menularkan virus corona. Seperti ada standar ganda di setiap imbauan pemerintah. Pemerintah memang selalu memberikan imbauan, namun jika kita ingat-ingat lagi, pemerintah kerap mengeluarkan “imbauan” dan jarang menggunakan kata “melarang”.

Persiapan kehidupan new normal sudah mulai dikaji di tingkat pemerintahan. Sampai saat ini, para pekerja juga masih banyak yang bolak-balik dari sekitar daerah penyangga DKI Jakarta seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang meskipun moda transportasi masih dibatasi. Demi mengatasi banyaknya penumpang, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) ikut menyediakan bus gratis di stasiun Bogor untuk membantu mobilitas warga yang bekerja di Jakarta.

Pengguna moda transportasi diperkirakan akan semakin ramai karena kelompok muda usia 45 tahun ke bawah sudah diizinkan untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Pemikiran ini sudah disampaikan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo sejak Senin, 11 Mei lalu dalam Rapat Terbatas yang disiarkan pada channel YouTube resmi Sekretariat Presiden. Alasannya adalah mereka tidak masuk ke dalam kelompok rentan dan agar potensi PHK bisa dikurangi.

Namun keesokan harinya, tanggal 12 Mei, Doni Monardo mengoreksi pernyataannya dengan mengatakan bahwa kelompok muda usia 45 tahun ke bawah yang boleh beraktivitas hanyalah yang bekerja pada 11 sektor yang diizinkan beroperasi, yaitu kesehatan, bahan pangan, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, logistik, perhotelan, konstruksi, industri, pelayanan dasar pada obyek vital, serta penyedia kebutuhan sehari-hari. Padahal mereka yang masuk ke kelompok muda usia 45 tahun ke bawah juga berisiko menularkan virus corona ke anggota keluarga lainnya, terlebih orang tua di rumah yang berusia 45 tahun ke atas.

Selain peraturan boleh atau tidaknya beraktivitas di luar rumah, peraturan boleh atau tidaknya mudik juga membingungkan. Pada intinya, mudik tetap dilarang. Area-area perbatasan PSBB dijaga oleh pihak berwajib untuk memastikan tidak ada warga yang mudik. Jika ada yang nekat, dipastikan akan diminta untuk putar balik. Namun, kita pasti melihat kepadatan yang ramai dibicarakan terjadi di terminal 2 bandara Soekarno Hatta beberapa hari kemarin.

Bisa dikatakan seharusnya keperluan mereka bukanlah mudik tapi keperluan dinas kerja atau adanya anggota keluarga mereka yang sakit keras bahkan meninggal. Hal ini tak dilarang karena sesuai dengan Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nomor 4 Tahun 2020 yang dikeluarkan tanggal 6 Mei lalu.

Ada beberapa persyaratan yang harus dilengkapi dan akan diperiksa sebelum diizinkan memesan tiket kereta, pesawat atau melewati batas darat PSBB, seperti surat tugas dari dinas/kantor, surat dari rumah sakit tempat anggota keluarga dirawat, dan keterangan hasil negatif COVID-19. Maka Tak heran jika kemarin banyak oknum penjual keterangan negatif palsu yang akhirnya diamankan oleh kepolisian.

Pilihan seperti dikembalikan ke tangan masyarakat masing-masing. Nekat beraktivitas di luar rumah tapi berisiko menularkan atau tetap beraktivitas dari rumah demi keamanan seluruh anggota keluarga. Mudik dilarang tapi bila keperluan mendesak dan memenuhi persyaratan pun dipersilakan.

Mungkin ada yang berpikiran ini menunjukkan sikap tidak tegas dan plin-plan, tapi bila dilebarkan kembali kacamata penglihatan kita, tidakkah kita melihat ada maksud sesungguhnya dari standar ganda ini? Tidak heran, jika #IndonesiaTerserah akan terus digaungkan karena kekecewaan kita terhadap upaya pemerintah menangani COVID-19.

Siniar VOI kali ini akan membahas tentang upaya pemerintah menangani COVID-19 dalam beberapa waktu belakangan. Silakan tekan tombol dengarkan dan biarkan kami yang bercerita untuk Anda.