Bagikan:

JAKARTA - Bambang Brodjonegoro, sosok akademisi profesional yang menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Bambang Brodjonegoro ditunjuk masuk kembali dalam kabinet pemerintahan Jokowi setelah sebelumnya menjabat Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Nasional (PPN) Kabinet Indonesia Kerja 2014-2016. Sosoknya juga termasuk penggagas awal pemindahan ibu kota baru Indonesia ke Kalimantan Timur lewat perannya saat menjabat Menteri Perencanaan Nasional Kabinet Indonesia Kerja (2016-2019).

Sebagai suksesor Mohamad Nasi,r kementerian yang dipimpinnya tak lagi mengikutsertakan Pendidikan Tinggi ke dalam sebagai tupoksi utama. Dengan dirilisnya Badan Riset Inovasi Nasional, maka peran Bambang Brodjonegoro sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Sebuah lembaga yang bertugas mengintegrasikan setiap inovasi yang dirilis agar berjalan mulus dari hulu ke hilir. Mulai dari perencanaan, mulai dari perencanaan, implementasi, produksi, dan optimalisasi terkait pasca perilisan.

Amanah baru Bambang Brodjonegoro agar lebih memajukan riset, teknologi dan inovasi Indonesia, agara mampu menjadi elemen penggerak utama roda perekonomian bangsa dan meningkatkan daya saing di kancah internasional.

Siapa Bambang Brodjonegoro

Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro nama lengkapnya. Anak dari Prof. Dr. Ir. Soemantri Brodjonegoro, mantan Rektor Universitas Indonesia tahun 1964-1973 yang pernah menjabat sebagai menteri di dua pos berbeda: Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral dari tahun 1973-1976 dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di tahun 1976.

Lahir dan tumbuh besar di Jakarta. Selepas kelulusannya di Pangudi Luhur, Bambang Brodjonegoro diterima masuk di fakultas Ekonomi Universitas Indonesia jurusan Ekonomi Pembangunan dan Ekonomi Regional. Sebagai lulusan terbaik berprestasi angkatan 1990, Bambang berangkat ke Chicago, Amerika Serikat demi mengejar impiannya, melengkapi gelar akademik. Tahun 1993 gelar magister S2 jurusan Tata Transportasi dan Ekonomi Pembangunan berhasil direngkuhnya di University of Illinois at Urbana-Champaign, salah satu kampus yang terbaik dalam hal jurusan perekonomian. Berlanjut gelar doktor S3 untuk studi Ilmu Regional dan Ekonomi Pembangunan, di kampus yang sama dimana ia meraih gelar S2 sebelumnya. Saat usianya menginjak 31 tahun, ia telah meraih dua gelar doktor.

Bambang Brodjonegoro berhasrat meneruskan tradisi trah Brodjonegoro dalam dunia akademik, yang haruslah dicapai setinggi mungkin selama mampu. Kehidupannya kecil dulu tak pernah diperlakuan manja sebagaimana anak lainnya, Nani Soeminarsari sang Ibu, sangat keras perihal nilai-nilai kejujuran sebagai falsafah hidup.

Karir Bambang Brodjonegoro dalam Pemerintahan

Nama Agus Martowardojo, adalah orang yang melihat kontribusi profesor Bambang dirasa perlu dalam kementeriannya saat itu. Tahun 2011 untuk pertama kalinya Bambang Brodjonegoro berkarir di dunia pemerintahan sebagai Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. Dua tahun kemudian di tahun, akselerasinya berimbas kepada pengangkatan dirinya sebagai Wakil Menteri Keuangan. Selama empat tahun sebelum menjabat seorang menteri, diakuinya adalah masa-masa bernilai baginya yang datang dari dunia akademik untuk bisa belajar beradaptasi dalam sistem pemerintahan. 

Berstatus sebagai Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Kerja Jokowi-Jusuf Kalla adalah sebuah momentum. Melahirkan konsep Undang-Undang Tax Amnesty adalah andil Bambang Brodjonegoro demi mengembalikan kas keuangan negara, belum selesai dan terlihat efeknya, di tahun 2016 ia dialihkan Jokowi sebagai Menteri Perencanaan Nasional (PPN) hingga tahun 2019. 

Dinobatkan sebagai Finance Minister of The Year 205 oleh FinanceAsia atas kontribusinya sebagai Menteri Keuangan di negara-negara Asia Pasifik berdampak positif. Terutama soal hal pengelolaan anggaran, kebijakan fiskan, pembangunan pasar modal, dan reformasi struktural dalam menghadapi tantangan ekonomi di tahun 2015 yang saat itu dirasa semakin sulit.

Ibu Kota Indonesia Baru

Mempertanyakan seputar bagaimana nanti Ibukota baru Republik Indonesia terwujud, Bambang Brodjonegoro adalah yang orang pertama yang paling memahaminya secara konsep dan implementasi. Sebagai penggagas awal pemindahan ibu kota baru, saat itu ia adalah Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional. Sekaligus Kepala Badan Perencanaan Pembangungan Nasional, ia sosok kunci yang melakukan pemetaan holistik mulai dari perencanaan hingga implementasi.

Tugasnya untuk merumuskan hingga mencari lokasi strategis dengan bagaimana nantinya teknis pemindahan ibu kota, menghasilkan angka kisaran yang cukup dahsyat sebesar Rp 466 triliun. Angka yang tercetus setelah analisa, perencanaan dan pengembangan skema bagaimana ibu kota baru nanti di Panajam Passer, Kalimantan Timur berjalan.

Estimasinya, proses pemindahan akan memakan waktu sekitar 5 sampai 10 tahun dengan total pendanaan sekitar Rp 323 triliun hingga 466 triliun.

Ada empat alasan menurutnya kenapa terpilihnya Kalimantan Timur: letak geografis, mengecilkan ketimpangan ekonomi karena dominannya Produk Domestik Bruto [PDB] antara wilayah Barat dan Timur Indonesia, terlalu padatnya pembangunan di Jawa, hingga masifnya konversi lahan di Jawa. Ibu kota baru nanti dihadirkan dengan konsep forest city yang serba hijau sebagai atmosfir utama.

Ia juga masuk nominasi sebagai calon kandidat kepala Badan Otorita Baru bersama tiga nama sosok lainnya, dimana ada Basuki 'Ahok' Tjahja Purnama saingannya. Sosok Bambang ternyata lebih dulu mendapatkan dukungan dari salah satu ormas di sana, Aliansi Organisasi Masyaraka Daerah Kalimantan Timur konon telah mendapatkan persetujuan lewat 41 kesepakatan ketua dan elemen organisasi.

Dekan Termuda

Ia adalah Dekan termuda saat usianya dibawah 40 tahun, peraih gelar doktor di usia 31 tahun. Gerak langkah Bambang dalam membesarkan almamater fakultas ekonomi UI memang apik. Kehadiran program pascasarjana ekonomi dan double degree adalah rintisannya. 

Sejak kelulusan S3, ia telah menghabiskan waktu 12 tahun bersama UI. Tak heran di hari ini ia dinobatkan sebagai Guru Besar Ekonomi UI.  Bambang memulai karirnya sebagai pengajar, merangkak naik dari Kepala Program Studi, Ketua Jurusan, hingga Dekan Fakultas Ekonomi periode 2005-2009, sampai seorang Guru Besar Ekonomi UI.

Pencapaian akademiknya adala sebagai sarjana ekonomi, magister tata kota (M.U.P.) dan Ph.D tata wilayah dan perkotaan. 

Bambang Brodjonegoro adalah perintis akan lahirnya progam Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan double degree, dengan berkolaborasi salah satu kampus ternama Australia National University dan sebuah universitas di Belanda.

Fakta Menarik Bambang Brodjonegoro

Guru Besar, Ayah dan Anak.

Ayah dan anak yang menjadi Guru Besar. Prof. Soemantri Brodjonegoro ayahnya adalah Guru Besar Kimia Institut Teknologi Bandung sementara ia sebagai sang anak juga Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia.

Menteri 3 Jabatan Berbeda.

Pernah mengalami 3 jabatan berbeda selama era pemerintahan Jokowi, sebagai Menkeu, Menteri Perencanaan Nasional (PPN), dan Menristek/Kepala Badan Inovasi Nasional (BRIN). 

Bulu Tangkis dan Menulis.

Ia sangat menikmati bulu tangkis di akhir minggu kala senggang, sampai sekarang masih aktif bermain. Aktif menulis akademik, beberapa karya tulisnya tersimpan dalam buku karangan Edward Elgar The Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) Singapura. Ia pun aktif menulis artikel untuk dibagikan di beberapa jurnal internasional. Sebut saja salah satunya, Hitotsubashi Journal of Economics.

 

Profil Bambang Brodjonegoro

Nama Lengkap

Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.UP., Ph.D. 

Profesi

Akademisi

Gelar/Titel:

Sarjana Ekonomi (S.E.)

Master of Urban Planning (M.UP.)

Philosophy Doctor (Ph.D.)

Tempat dan Tanggal Lahir

Jakarta, 3 Oktober 1966

Agama

Islam

Orangtua

Raden Soemantri Brodjonegoro

Nani Soeminarsari

Pasangan

Irina Justina Zega

Anak

Daniswara Brodjonegoro

Laporan Harta Kekayaan

Rp23.361.130.576 dan $65.4888 (2016/LHKPN)

-

Pendidikan

1997

S-3: Ilmu Regional dan Ekonomi Pembangunan, University of Illinois, Amerika Serikat at Urbana-Champaign, Amerika Serikat

1993

S-2: Tata Transportasi dan Ekonomi Pembangunan , University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat

1990

S-1 :Ekonomi Pembangunan & Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Indonesia

-

Perjalanan Karir

2019-sekarang

Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional RI - Kabinet Indonesia Maju (BRIN)

2016-2019

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI - Kabinet Indonesia Kerja

2014-2016

Menteri Keuangan RI - Kabinet Indonesia Maju

2018-2023

Ketua Indonesia Forum Foundation

2017-2018

Ketua Indonesia Economist Association (ISEI)

2013-2014

Wakil Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II

2011-2014

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI

2009-2011

Direktur Jenderal, The Islamic Research and Training Institute (IRTI), Islamic Development Bank (IDB), Jeddah, Arab Saudi 

2011-sekarang

Ketua Indonesian Islamic Economist Association (IAEI), (2011-sekarang)

2007-2008

Ketua Tim Ahli Menteri Keuangan untuk Desentralisasi Fiskal RI

2005-2009
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesias

2002-2005

Ketua Komite Audit, Dewan Komisionaris PT. PLN Indonesia

2001-2004

Direktur Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia

1999-2002

Wakil Direktur bagian Ekonomi Regional dan Riset Infrastruktur, LPEM-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

1998-2001

Sekretraris Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia

-

Penghargaan

2004

Visiting Fellow, The Indonesia Project – Australian National University (ANU), Canberra, Australia

2002

Eisenhower Fellowships, The Single Region Program – Southeast Asia, Amerika Serikat, September – November

1999

ISEAS-World Bank Research Fellowship Award (as Visiting Research Fellow), The Institute of Southeast Asian Studies, Singapura

Visiting Fellow, The Institute of East Asian Studies, Thammasat University, Thailand

1991-1995

Academic Scholarship awarded by the Indonesian Government - HED

1989

Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia