Para Pemain dalam Industri Obat Kuat
Koleksi merek obat kuat di sebuah kios di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

Industri obat kuat berperan penting dalam membentuk standar seks. Dimensi persenggamaan jadi komoditas yang dimanfaatkan. Keresahan laki-laki dipelihara sebagaimana dibahas dalam "Bagaimana Industri "Obat Kuat Membentuk Persepsi Kolektif soal Seks Ideal". Bagian dari Tulisan Seri khas VOI, "Kuat karena Obat", lewat artikel ini, kita lihat lebih dekat merek-merek besar obat kuat. 

Ada kekecewaan di dalam diri Peter Dunn dan Albert Wood kala obat yang mereka ciptakan gagal dalam uji klinis. Tahun 1898, kedua ilmuwan Pfizer itu menciptakan sildenafil citrate. Obat dengan nama farmasi viagra itu diciptakan untuk menurunkan darah tinggi dan angina prekrotis atau nyeri dada yang muncul akibat penyakit jantung koroner. Alih-alih menurunkan tekanan darah, uji klinis yang dilakukan tahun 1993 menemukan bahwa obat ciptaan Dunn dan Wood malah meningkatkan aliran darah ke organ seksual.

Tak lama kecewa itu. Sebab, obat yang mereka ciptakan justru jadi solusi untuk masalah kesehatan lain: disfungsi ereksi. Pfizer pun memanfaatkan viagra sebagai peluang lain. Tahun 1996 atau tujuh tahun sejak uji klinis yang gagal, Pfizer mematenkan sildenafil citrate di Amerika Serikat (AS). Viagra bukan cuma solusi. Ia adalah revolusi besar dalam bidang pengobatan disfungsi ereksi. Viagra jadi obat oral pertama yang berhasil menjawab tingginya masalah impotensi di AS kala itu.

Anda tak mungkin membahas Viagra tanpa menyinggung nama Dokter Nicholas Terret. Banyak orang yang meyakini nama Terret sebagai Bapak Viagra. Alasannya, Terret adalah orang yang lebih dulu mematenkan sildenafil citrate di Inggris tahun 1991. Kala itu, Terret mematenkan sildenafil citrate sebagai obat jantung. Tahun 1998, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengeluarkan izin edar dan jual untuk Viagra --yang telah diangkat jadi merek obat-- untuk obat disfungsi ereksi.

Pundi uang pun mengucur deras. Viagra berhasil memberi pemasukan lebih dari 1 miliar poundsterling dalam waktu satu tahun kepada Pfizer. Viagra juga berhasil menguasai 45 persen pangsa pasar obat kuat. Dominasi serius itu bukan ujug-ujug. Viagra dipasarkan dengan langkah cerdas. Dorothy Wetzel ada di balik kucuran uang ini. Ia adalah orang yang memulai Departemen Pemasaran Konsumen di Pfizer. Tugasnya adalah mengawasi putaran pertama iklan.

Ada satu iklan yang paling ikonik dalam sejarah Viagra dan Pfizer. Iklan cetak itu menampilkan gambar pasangan usia lanjut dengan tagline "Biarkan Tarian Dimulai!". Iklan ikonik lainnya adalah tayangan televisi yang menampilkan mantan kandidat Presiden AS, Bob Dole sebagai tokoh. Selain iklan-iklan ikonik, Wetzel berhasil membangun Viagra sebagai simbol. Viagra memiliki peran penting dalam budaya populer. Dikutip drug.com, kepopuleran Viagra di kalangan pria kala itu bahkan menyamai pil pengontrol kelahiran di kalangan wanita yang masyhur sebagai simbol kebebasan.

Protes terhadap Viagra di Amerika Serikat tahun 2018 (Commons Wikimedia)

Obat lain

Meski muncul sebagai revolusi besar, Viagra tak cukup sempurna. Para peneliti terus mencari obat lain yang kebih ideal. Tahun 2003, Cialis ditemukan. Bahan utamanya adalah tadalafil, zat serupa sildenafil. The History of Cialis menjelaskan keunggulan Cialis. Jika efek ereksi Viagra hanya mampu bertahan empat jam, Cialis jauh lebih dahsyat. Efeknya bisa mencapai 36 jam. 

Seperti Viagra, Cialis tercipta secara tak sengaja ketika perusahaan obat yang memproduksi Cialis, Icos, mulai mempelajari penghambat enzim PDE-5 yang disebut IC351 pada 1993. Istilah tersebut adalah proses di mana semua obat disfungsi ereksi bekerja. Cukup menarik, karena jika ditarik garis waktu, saat itu para ilmuwan Pfizer tengah melakukan uji klinis terhadap sildenafil citrate dan menemukan bahwa zat tersebut menyebabkan pasien jantung mengalami ereksi selama studi klinis.

Bagi Icos sendiri, pengujian yang dilakukan terhadap senyawa kimia IC351 itu tidak ditujukan untuk pengobatan disfungsi ereksi. Mereka bahkan tak mengetahui bahwa IC351 memiliki efek serupa dengan sildenafil citrate. Uji klinis fase pertama untuk IC351 pun dimulai pada 1995. Dua tahun kemudian, uji klinis fase kedua dimulai. Dalam fase itu, Icos mulai melakukan penelitian terhadap para pasien disfungsi ereksi. Fase itu berlangsung dua tahun hingga fase ketiga yang jadi final. Kesimpulan didapat. IC351 ditahbiskan sebagai zat pengurai masalah disfungsi selanjutnya.

Masalah disfungsi seksual meluas. Perusahaan-perusahaan farmasi makin terpikat gelimang duit di baliknya. Bayer melakukan serangkaian tes untuk 'menantang' Viagra di pasaran. Mereka memulai penelitian terhadap vardenafil, zat yang mirip dengan sildenafil dan tadalafil. Pengujian itu menunjukkan keberhasilannya di tahun 2001. Bayer pun resmi meluncurkan merek obat Levitra di pasar pada 2003 dan telah disetujui oleh FDA.

Berbagai merek obat kuat (Irfan Meidianto/VOI)

Levitra tersedia dalam beberapa dosis: 2.5 mg, 5 mg 10 mg, dan 20 mg. Obat ini dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Levitra diklaim dapat meningkatkan aliran darah ke penis, yang membuat ereksi selama berjam-jam. Seperti Viagra, Levitra memiliki efek sekitar empat jam. Hal baik lain yang dijanjikan Levitra adalah dapat mengurangi ejakulasi dini. Kemampuan ini tidak dapat ditemukan ketika seorang pria menggunakan Viagra atau obat lain yang mengandung sildenafil.

Indonesia turut andil dalam industri obat kuat. Salah satu merek terbesar --dilihat secara kemapanan dalam industri-- adalah Hammer of Thor. Merek ini adalah suplemen herbal yang diklaim dapat meningkatkan durasi ereksi serta stamina. Lebih dari itu. Suplemen berupa kapsul itu juga diklaim mampu memperbesar ukuran penis.

Selain obat oral, masyarakat Indonesia juga mengenal obat luar --tak diminum. Tisu ajaib, misalnya. Jenis ini jadi yang paling banyak digunakan masyarakat. Seorang penjual obat kuat di Jatinegara, Jakarta Timur mengungkap itu pada kami. Penggunaan yang mudah serta harga terjangkau jadi alasan kenapa tisu ajaib jadi andalan. Satu kotak tisu ajaib berisi enam helai dihargai sekitar Rp15 ribu.

Warung obat kuat di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur (Irfan Meidianto/VOI)

Sebelum obat kuat

Sebelum obat kuat, laki-laki memiliki berbagai cara untuk meningkatkan performa di ranjang. Pada zaman Kerajaan Mataram, para lelaki kerajaan memanfaatkan ramuan yang disebut Jalu Usada yang terdiri dari campuran herbal macam akar kakas, merica sunti, garam lanang, arang kayu jati, hingga gula aren dan pinet. Sebelum mengonsumsi ramuan tersebut, mereka terbiasa merapal mantra:

"Sang dewa senjata akas-akas, kurang baga lwih akase, kurang baga akukuh, ora nana patine."

Fakta itu diriwayatkan oleh Kitab Serat Centhini VII Pupuh Dhandhanggula. Kitab itu ditulis oleh seorang pangeran yang kemudian menjadi Sunan Paku Buwana V. Otto Sukatno, dalam Seks Para Pangeran (2002) menjelaskan tujuan penulisan Serat Centhini sebagai usaha dari kekuasaan pusat untuk memperluas tradisi pinggiran ke dalam tradisi Jawa yang besar.

Di zaman Yunani dan Romawi Kuno, pengobatan juga dilakukan dengan memanfaatkan bahan herbal. Yang menarik, laki-laki pada masa itu percaya para Dewa dapat mengambil kekuatan seksual mereka atas beberapa alasan. Di abad pertengahan, perang sihir marak. Para pria kala itu percaya harus membakar seorang penyihir untuk mengembalikan kekuatan seks mereka. Persoalan lain yang terjadi pada masa itu adalah meluasnya penyakit menular. 

Infografis (Ilham Amin/VOI)

Sebelum Pfizer, Icos, atau pun Bayer, upaya ilmiah mengobati disfungsi ereksi telah dilakukan di abad ke-19. Para ilmuwan mencoba menyembuhkan impotensi dengan bloodletting atau menyedot darah kotor dengan lintah. Beberapa waktu kemudian ada teori populer yang mengatakan bahwa untuk mengembalikan fungsi seksual, seorang pria harus menghindari aktivitas seks selama setahun. Upaya lainnya, beberapa peneliti juga mencoba menyembuhkan gangguan fungsi seksual dengan kejut listrik. Sayangnya, semua metode nihil hasil.

Pada abad ke-20, semua cabang ilmu kedokteran mulai berkembang pesat. Mulai dari 1950-an, metode pengobatan impotensi yang paling populer adalah dengan injeksi. Suntikan diberikan tepat di penis. Cara yang menyakitkan, tentu saja. Efeknya langsung dan agak menonjol. Tetapi, metode ini memiliki beberapa kelemahan. Ereksi bukan terjadi sebagai reaksi hasrat seksual lelaki. Ia amat tergantung dengan obat.

Artikel Selanjutnya: Tempat di Mana Kita Bisa Mendapat Obat Kuat