Harapan Avtur Bisa Satu Harga
Ketua INACA Denon Prawiraatmadja (Gabriella Thesa Widiari/era.id)

Bagikan:

JAKARTA - Mahalnya harga tiket pesawat masih menjadi polemik hingga akhir tahun 2019 ini. Maskapai di Tanah Air sering mempermasalahkan mahalnya harga avtur yang berimbas dinaikannya harga tiket pesawat.

Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) berharap pemerintah dapat mewujudkan penerapan avtur satu harga di seluruh Indonesia.

Ketua INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan, saat ini terjadi disparitas harga avtur di wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah, dan Timur. Menurutnya, jika ada pemerataan harga avtur, maka bisa ikut menurunkan harga tiket pesawat yang saat ini tengah melambung tinggi.

"Avtur ini harus diarahkan juga supaya ada pemerataan, kalau biaya produksi turun tentu harga tiket kan akan turun juga sehingga bisa membantu masyarakat," kata Denon usai bertemu dengan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis 26 Desember.

Menurutnya, saat ini disparitas harga bahan bakar pesawat antara Indonesia Barat, Tengah, dan Timur bisa mencapai hingga Rp3.000 per liter. Diharapakan dengan adanya penyeragaman harga, maka harga yang ditawarkan oleh operator maskapai bisa lebih kompetitif karena avtur merupakan biaya komponen terbesar dalam operasional pesawat.

Berdasarkan data Pertamina pada Februari 2019, harga avtur di Timur Indonesia rata-rata mencapai Rp 10.000/liter. Bahkan, harga avtur Bandara Deo (Sorong), Papua untuk jenis Jet A-1 mencapai Rp 11.080/liter (77,4 sen dolar AS/liter). Harga tersebut lebih tinggi 34,9 persen dari harga avtur di Bandara Soekarno Hatta (Jakarta) Rp 8.210/liter.

Denon mengaku penerapan avtur satu harga saat ini masih dalam kajian asosiasi dan pemerintah. Sementara beberapa bandara akan segera disurvei untuk melihat kondisi disparitas harga.

"Sekarang ini kan masih dalam kajian. Jadi nanti kita lihat apakah di beberapa bandara di timur khususnya yang dispariti harganya cukup tinggi ini akan menjadi kajian bagaimana caranya supaya bisa sama dengan harga avtur di Jakarta. Harapannya ya tahun depan sudah bisa diimpelentasikan," tambahnya.

Alasan Lain Harga Tiket Mahal

Menurutnya, biaya avtur menjadi kontributor terbesar biaya operasional maskapai, yakni antara 30 persen hingga 40 persen. Selain itu, fluktuasi mata uang asing juga menjadi penyebab sensitifnya biaya operasional. Salah satu imbasnya adalah naiknya harga tiket pesawat.

"Nah yang menjadi konsen pemerintah adalah bagaimana caranya supaya avtur ini menjadi salah satu komponen yang jadi studi pemerintah. Kemudian, kalau terkait masalah currency mata uang ya mungkin kami bicara dengan Kemenkeu bagaimana caranya supaya bisa stabil," tambahnya.

Denon memastikan bahwa harga tiket pesawat sangat tergantung dari mekanisme pasar, tidak ada koordinasi satu sama lain dari maskapai penerbanagan.

"Kalau harga tiket itu sebenarnya mekanisme pasar. Tapi, seperti yang disampaikan oleh beberapa kementerian, supaya harga tiket bisa turun ini, disambut baik oleh maskapai," ujarnya.