JAKARTA - Gareth Southgate lengser setelah membawa Inggris menjadi runner up Euro 2024. Siapa penggantinya? FA disarankan kembali menunjuk manajer asing. Mauricio Pochettino atau Jurgen Klopp yang sama-sama pernah mengarsiteki klub Premier League bisa menjadi kandidat.
Era Southgate berakhir sudah. Sejak 2016 saat ditunjuk sebagai manajer menggantikan Roy Hodgson, eks pelatih timnas U-23 ini sudah delapan tahun menangani The Three Lions. Hasilnya, Inggris dua kali mencapai final Piala Eropa.
Harry Kane dkk menembus final Euro 2020 tetapi dikalahkan Italia lewat adu penalti dan kemudian Euro 2024 saat mereka dipaksa menyerah 2-1 oleh Spanyol.
Pencapaian di Piala Dunia pun lumayan bagus. Southgate membawa Inggris ke semifinal Piala Dunia 2018 dan perempat final Piala Dunia 2022.
FA memang belum memutuskan bakal memberhentikan Southgate atau mempertahankannya. Sementara, sang manajer menolak membahas masa depannya. Menurut eks pemain dan manajer Middlesbrough ini belum saatnya dan kurang tepat membahas masa depan dia di timnas karena masih dalam suasana kekecewaan gagal di Piala Eropa.
Dalam analisis The Sun, timnas Inggris, idealnya, ditangani pelatih dalam negeri. Hanya saat ini belum ada manajer/pelatih lokal yang punya kualifikasi mumpuni untuk melanjutkan tugas Southgate.
Jadi saatnya Inggris kembali ditangani pelatih asing. Meski pernah gagal dengan Sven Goran Eriksson (Swedia) dan Fabio Capello (Italia), namun pelatih asing sesungguhnya menjadi alternatif terbaik.
Eriksson pernah membawa Inggris meraih kemenangan spektakuler 5-1 atas Jerman di kualifikasi Piala Dunia 2002. Di era eks pelatih Lazio ini Inggris sesungguhnya memasuki era generasi emas.
Dari kiper sampai lini depan dihuni pemain dari klub elite seperti David Seaman yang merupakan kiper Arsenal. Selain itu ada duo bek tengah Sol Campbell/John Terry dan Rio Ferdinand, David Beckham, Paul Scholes, Frank Lampard, Steven Gerrard hingga Michael Owen.
Namun mereka hanya mampu sampai perempat final di Piala Dunia 2002, Euro 2004 dan Piala Dunia 2006. Sementara, Capello yang sukses besar di AC Milan dan AS Roma hanya mampu membawa Inggris ke 16 besar Piala Dunia 2010 dan perempat final Euro 2012.
Kegagalan mereka disebutkan karena tak sepenuhnya memahami kultur sepak bola Inggris. Apalagi, Eriksson dan Capello belum pernah menangani klub Premier League sebelum menjadi pelatih timnas.
Bahkan FA mendapat kritikan keras karena merekrut Eriksson yang seorang Swedia yang dinilai kurang dikenal ketimbang Inggris. Sementara, Capello kurang menguasai dan enggan belajar bahasa Inggris.
Kini, tak sedikit pelatih/manajer asing yang sudah hapal dengan karakter dan kultur sepak bola Inggris, di antaranya Mauricio Pochettino (Argentina) yang sebelumnya menangani Tottenham Hotspur dan Chelsea, Jurgen Klopp yang sukses melatih Liverpool.
Pochettino yang mengorbitkan Harry Kane, Kyle Walker, Luke Shaw dan Cole Palmer yang kini menjadi andalan Inggris. Hanya Pochettino yang seorang Argentina menjadi catatan kurang bagus. Timnas Inggris sepertinya memiliki 'hubungan' kurang bagus dengan Argentina, terutama kasus gol 'tangan Tuhan' Diego Maradona di Piala Dunia 1986.
Selain mereka masih ada manajer Manchester City Pep Guardiola yang pernah disebut-sebut bakal menangani Inggris. Guardiola merupakan pelatih sukses di klub-klub besar, Barcelona, Bayen Munchen dan kini Man City.
Kandidat berikutnya Carlo Ancelotti yang saat ini meraih sukses di Real Madrid. Dia sudah malang-melintang di Milan, Juventus hingga Paris Saint-Germain. Pelatih berusia 65 ini juga pernah berkecimpung di Premier League dengan menangani Chelsea dan Everton.
اقرأ أيضا:
Pelatih Thomas Tuchel yang terakhir kali menangani Bayern juga menjadi kandidat yang layak dikedepankan. Apalagi, dirinya sukses mengantarkan Chelsea meraih trofi Liga Champions untuk kali kedua. Tuchel sempat disebut sebagai calon manajer Manchester United menggantikan Erik ten Hag.
Sementara dari lokal ada Eddie Howe yang saat ini menangani Newcastle United dan Graham Potter, eks manajer Chelsea.
Manajer timnas Inggris U-21 Lee Carsley juga menjadi pertimbangan. Hanya saja mereka masih kalah mumpuni dibandingkan deretan pelatih/manajer asing yang sudah meraih trofi di klub-klub elite Premier League.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)