JAKARTA - Tim nasional senior Mali tak pernah lolos ke Piala Dunia. Namun timnas U-17 justru rutin berlaga di Piala Dunia. Pelatih Soumaila Coulibaly berharap timnya bisa mencetak sejarah saat berlaga di Indonesia.
Mali bertabur pemain bertalenta. Namun saat pemain beranjak dewasa dan bermain di level senior, timnas Mali tak pernah meraih sukses.
Menariknya, secara individu tak sedikit pemain Mali yang bertebaran di klub-klub Eropa. Legenda Mali, Seydou Keita, pernah menjadi pilar Barcelona saat masih diperkuat Lionel Messi. Sebaliknya koleganya, Mahamadou Diarra, menjadi seteru Keita karena bermain di Real Madrid
Selain itu ada Frederic Kanoute yang bermain di Premier League Inggris seperti West Ham United dan Tottenham Hotspur. Ia juga meraih sukses saat bermain di Sevilla. Sementara Soumaila Coulibaly sendiri pernah malang-melintang di Jerman dengan memperkuat Freibug dan Borussia Monchengladbach.
Mali tak pernah kekurangan pemain bertalenta. Hanya saja, mereka gagal membangun sebuah timnas yang tangguh meski Mali sesungguhnya termasuk rutin berlaga di Piala Afrika.
Bahkan Les Aigles (The Eagles) pernah menjadi runners up pada 1972. Pada dua gelaran Piala Afrika 2012 dan 2013 secara berturut-turut, mereka menduduki peringkat tiga.
Kontras dengan timnas Mali U-17 yang sudah delapan kali berlaga di Piala Dunia. Bahkan anak-anak muda Mali pernah mencapai final Piala Dunia U-17 2015 di Chile. Dalam duel final sesama tim Afrika, Mali kalah 2-0 lawan Nigeria yang diperkuat Victor Osimhen.
Pada gelaran berikutnya, yaitu 2017, Mali menduduki peringkat empat. Pada edisi berikutnya, mereka gagal lolos. Mali kembali berlaga di Piala Dunia U-17 setelah menduduki peringkat empat Piala Afrika U-17 2023.
Keberhasilan Mali U-17 tidak terlepas dari kinerja pelatih Soumaila Coulibaly yang pernah malang-melintang di Jerman saat masih menjadi pemain. Dirinya juga merupakan tulang punggung timnas pada 1995 hingga 2009.
Mantan gelandang Freiburg dan Monchengladbach ini ditunjuk menjadi pelatih timnas U-17 menggantikan Mamadou Traore tahun lalu. Sebelumnya, Koulibaly yang memiiki caps 67 dan kapten timnas ini menangani timnas U-15.
Setelah meloloskan Mali U-17 ke putaran final Piala Dunia FIFA U-17 2023, Koulibaly ingin mencetak sejarah di Indonesia. Dirinya menargetkan membawa Mali U-17 minimal mencapai semifinal. Bila target itu tercapai, timnas bisa membawa trofi ke Mali.
また読む:
"Kami tak ingin mengecewakan rakyat Mali. Rakyat sudah menaruh harapan besar kepada kami. Jadi kami ingin membuat sejarah di Piala Dunia U-17. Kami ingin mencapai final dan membawa trofi ke Bamako," kata Koulibaly.
Mali yang berlaga di Solo berada di Grup B. Pemain sayap Ibrahim Diarra menjadi salah satu pemain yang bakal menjadi sorotan. Kapten timnas Mali U-17 disebut sebagai pemain bertalenta dan menjadi andalan dalam membangun kreativitas serangan timnas. Meski masih berusia muda, namun Diarra yang saat ini bermain di African Foot ini sudah masuk radar klub-klub top Eropa.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)