JAKARTA - Kerumunan pendukung Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab terjadi di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat menjadi sorotan namun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai tak bisa melakukan pelarangan. Sebab bila pendukung Rizieq dilarang berkerumun, pengamat menyebut bakal berdampak negatif ke Anies Baswedan.
"Anies memang tidak bisa melarang dalam konteks penjemputan Habib Rizieq Shihab yang begitu padat dan membeludak. Justru kalau dia melarang tentu akan dicerca oleh pendukung Habib Rizieq," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin saat dihubungi VOI, Rabu, 11 November.
"Ini termasuk presiden dan para menteri. Makanya tidak ada yang komentar atau melarang. Mereka secara politik diam saja membiarkan itu, yang penting aman tertib," imbuhnya.
Dia mengatakan, cercaan ini sangat mungkin muncul karena dukungan publik terhadap Rizieq Shihab saat ini. Sehingga, ketika ada larangan baik itu dari Anies maupun pihak pemerintah lainnya bukan tak mungkin ada penilaian yang tidak baik.
"Mungkin ini keterpaksaan politik. Karena Anies tidak memungkinkan untuk melawan. Siapa pun gubernurnya, saya rasa tidak akan berani melakukan (pelarangan, red) itu," tegasnya.
Ujang juga menyoroti masalah pertemuan antara Anies dan Rizieq yang digelar pada Selasa malam, 10 November kemarin. Menurut dia, pertemuan yang dilakukan saat Rizieq seharusnya melakukan karantina mandiri ini terjadi karena keduanya adalah teman lama. Sehingga wajar jika Anies kemudian mendatangi Rizieq di kediamannya.
Apalagi di tahun 2017 lalu, Rizieq dan gerakan 212 dianggap menjadi salah satu faktor pendukung kemenangan Anies dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
"Ingat, 2017 lalu dia berkontribusi atas kemenangan Anies dengan gerakan 212 dalam Pilkada dan gerakan itu mampu melengserkan Ahok, kemudian Anies menjadi pemenang. Kan begitu. Jadi saya rasa, ini masih menjadi bagian silaturahmi politik antar kawan lama," ujarnya.
اقرأ أيضا:
Sementara terkait kemungkinan Anies dan Rizieq membicarakan persiapan untuk Pemilu 2024, Ujang menilai, hal ini bisa saja terjadi. Hanya saja, pembicaraan yang dilakukan kemungkinan hanya sekadar penjajakan dan menyampaikan niatan.
"Karena dalam konteks ramai-ramai, dalam konteks baru datang, membicarakan strategis saya rasa belum. Tapi dalam konteks persiapannya, punya niat mencalonkan diri, meminta dukungan ke depan, iya. Bisa jadi," katanya.
Sementara pandangan berbeda justru disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. Kata dia, pertemuan antara Anies dan Rizieq Shihab bisa saja dilakukan semata-mata untuk memberikan penghormatan.
"Kalaupun ada pembicaraan politis, tentu hanya akan terkait persoalan yang saat ini terjadi. Karena membicarakan agenda 2024 masih terlalu dini terlebih Habib Rizieq Shihab baru tiba," ungkapnya.
Namun akan lain ceritanya, ketika Anies mengunjungi Rizieq tidak dalam momentum kepulangan atau beberapa hari setelah dirinya tiba dari Arab Saudi dan bersamaan dengan sejumlah tokoh lain yang memiliki hasrat politik.
"Misalnya bersamaan dengan pertemuan tokoh lain seperti Amien Rais, Gatot Nurmantyo, dan yang lainnya," kata dia.
Sebelumnya, Anies berencana bertemu dengan Rizieq pada pagi ini. Namun, ternyata Anies mempercepat waktu kunjungan menjadi tadi malam.
Hal ini terungkap dalam unggahan foto pada akun Instagram Wakil Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain yakni @tengkuzulkarnain.id. Dalam foto itu, Tengku berfoto dengan Anies, Rizieq, dan menantu Rizieq yakni Hanif Alatas.
Tengku menyebut alasan waktu pertemuan dipercepat karena melihat kondisi Rizieq yang masih membutuhkan istirahat usai melakukan perjalanan dari Arab Saudi selama berjam-jam.
Jika pertemuan dilaksanakan usai waktu salat subuh berjemaah, maka akan menimbulkan keramaian. Sehingga, waktu istirahat Rizieq juga berkurang.
"Kalau subuh kan terlalu banyak orang. Kami kan kasian beliau mau istirahat. Tadi (malam, red) saja cepat, jam setengah sembilan sudah bubar," ungkap Tengku.
Tengku juga menyebut pertemuan keduanya tidak membahas urusan politik. Anies dan Rizieq sekadar berbincang-bincang ringan sambil minum teh karena lama tidak berjumpa.
"Enggak ada (bahas politik). Minum teh bareng saja melepas rindu aja namanya kawan, sahabat, sehat-sehat, senang gitu lah," kata dia.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)