JAKARTA - Setelah membintangi film horor Asih 2, Marsha Timothy kembali bermain di genre horor lewat film Qodrat. Kali ini, Marsha berpasangan dengan suaminya Vino G. Bastian. Bukan cuma karena senang bisa main bersama suami, Marsha juga tertantang oleh adegan laga yang menjadi bonus di film arahan Charles Gozali ini.
“Senang banget main bareng lagi, selalu impian kami berdua adalah memang main lagi memang harus dalam film yang spesial buat kita yang ceritanya yang lain karakternya, beda lagi, dan ketika dapat naskah ini setelah dibaca, kita tuh seneng banget menyambut ini, dapat cerita yang kayak gini,” kata Marsha ditemui di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Peraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik 2018, itu sangat antusias ketika membincang jumlah penonton film tersebut. Qodrat, saat ini sudah mengantongi lebih dari 1,7 juta penonton. "Pastinya senang karena tujuan membuat film kan supaya semakin banyak orang yang menikmati apa yang kita lakukan dengan sepenuh hati. Bukan cuma karena jumlahnya. Tapi ketika kita nonton dari awal ya kita puas dengan film ini," tegasnya.
Pencapaian tersebut, menurutnya, bukan cuma karena buah karyanya. Seluruh tim yang terlibat, menurutnya, telah memberikan yang terbaik. "Bisa dibilang puas bukan ke akting saya sendiri," paparnya.
Marsha sebelumnya juga membuat penonton terkesima dengan aktingnya dalam film Noktah Merah Perkawina. Meski begitu, wanita kelahiran 8 Januari 1979 ini tak mau berpuas diri. Dia ingin selalu memberikan yang terbaik di setiap karyanya.
"Kalau dibilang membuat karya terus 100 persen puas, ya bukan begitu. Pasti ingin lebih. Tapi ini hasil kerja keras semua yang saya percaya dengan sepenuh hati dipersiapkan dari awal dengan sangat matang jadi saya yakin itu membuahlan proses yang baik," paparnya.
Tak mau membatasi genre, Marsha lebih menekankan karakter yang bakal dia perankan dalam film. "Semua genre akan dibilang sulit karena setiap dapat cerita baru, karakter baru ya kita akan menghidupkan karakter itu. Jadi saya nggak bisa memilih mana yang paling sulit karena semuanya punya spesifikasi masing masing," terangnya.
Di film Qodra, Marsha dan Vino ditantang membuat chemistry sebagai Ustaz Qodrat dan Yasmin bukan sebagai pasangan. "Selain itu juga kita beradegan laga. Sebelum syuting kita ada latihan dnega Kang Cecep Arif Rahman, Mas Charles, sama Bang Djoe. Jadi mereka yg memegang departemen action-nya," kenang Marsha.
Film Qodrat memadukan unsur horor, drama, dan laga. Ada satu adegan yang menuntut Vino dan Marsha harus beradua fsisik secara intens dan lama.
"Kalau kita main berdua yang paling unggul dari segalanya adalah kenyamanan. Itu udah nggak perlu dibahas lagi karena butuh nyaman satu sama lain. Mungkin sudah tahu ritme masing-ritme itu keunggulannya. Tapi dibilang mudah ya enggak," paparnya.
Butuh waktu panjang untuk mempersiapkan adegan laga. Marsha bersabar dan bersyukur mendapat tim yang selalu membantunya.
"Di awal pas workshop latihannya satu satu untuk jaga stamina karena ini melelahkan sekali dan kalo membantu saya rasa kita membantu satu sama lain. Bukan cuma kita berdua tapi banyak tim yang terlibat untuk scene action itu dan untuk keberhasilan scene itu kita harus bekerjasama. Apa pun hasilnya, saya selalu merasa itu hasil kerja kita semua, kerja tim, jadi gak mungkin terjadi karena saya sendiri," katanya.
Untuk setiap karakter yang diperankan, Marsha berkomitmen untuk memberikan yang terbaik. Meskipun cerita yang dimainkan tak berhubungan dengan kisah pribadinya, Marsha tetap berusaha menyublim dalam karakter ketika kamera sudah merekahm aktingnya.
"Untuk Ambar di Noktah Merah Perkawinan itu nggak ada sama sekali relatable-nya sih. Saya sama sekali gak mirip cerita Ambar begitu. Bukan berarti nggak setuju tapi nggak persis sama sekali dengan dia. Banyak hal yang bertolak belakang malahan," kenangnya.
"Di Qodrat apalagi. Saya rasa gak ada persamaannnya juga, latar belakang kehidupan berbeda, apa yang dialami Yasmin, saya nggak pernah alamin. Gak ada sama-samanya sih," lanjutnya.
Semua unsur, membangun nilai film yang dimainkannya. "Saya merasa itu gak lepas dari skrip yang bagus, direction yang bagus, editing pun membantu kita. Itu yang membuat mungkin orang bisa terbawa emosi-emosi yang kita berikan jadi ya itu saya rasa gak lepas dari semuanya," tegasnya.
BACA JUGA:
Skenario yang apik adalah kunci yang dipegang Marsha untuk membangun karakter yang dimainkannya. Karena itu, setiap tawaran yang masuk Marsha selalu mendahulukan skenario.
"Selalu. Selalu harus cerita yang membuat saya jatuh hati. Gak mungkin yang lain. Mengenai filmmaker, ya pengaruh tapi saya pernah ngejalanin sama sutradara yang saya belum pernah kerja bareng sebelumnya. Kayak Noktah Merah Perkawinan - Sabrina, sutradara baru. Dan kalau lihat film sebelumnya, genre yang jauh sama Noktah ya jadi itu bukan patokannya kalau
buat saya. Memang cerita harus buat saya jatuh hati dulu," jelasnya.
"Ketika udah jatuh cinta dengan karakternya, selebihnya kita butuh kerja sama dengan tim dan pemain dengan co-star kita, dengan semua yang ada di lapangan," imbuh Marsha Timothy.
Optimisme untuk Film Indonesia
Pandemi COVID-19 pernah menghantam industri film karena bioskop ditutup. Orang-orang tidak boleh beraktivitas bebas untuk mengurangi risiko penularan virus. Kala itu, tontonan streaming menjadi pilihan utama.
Ada kekuatiran penonton tidak lagi tertarik ke bioskop karena terbiasa nonton melalui handphone. Namun, kekuatiran itu tak terbukti. Penonton film Indonesia justru membludak dan membuat Marsha Timothy antusias.
"Pandemi membuka mata dan membuat kita belajar akan banyak hal ya. Bahwa ternyata penonton Indonesia rindu juga dengan film Indonesia. Begitu dibuka, Indonesia luar biasa jumlah penontonnya melebihi penonton film asing. Dan kalau dibilang penonton
Indonesia melulu maunya nonton itu-itu aja, enggak. Film yang bagus, film yang berkualitas tentunya punya tempat tersendiri bagi penonton-penonton ini," kata Marsha.
Data jumlah penonton yang terus meningkat membuat sineas semakin optimistis. "Mudah-mudahan ke depan film Indonesia lebih bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri karena banyak orang yang saya kenal, bukan anak kecil, bukan anak remaja tapi yang memang cukup dewasa usianya belum pernah sama sekali nonton film Indonesia. Dan itu buat saya yang ada di perfilman Indonesia itu sedih ya, mereka gak tau bahwa orang Indonesia bisa bikin film bagus karena puluhan tahun gak nonton film Indonesia," katanya.
Marsha tak memungkingkiri bahawa masih banyak orang yang skeptis dan menganggap bahwa film Indonesia itu jelek dan norak. "Ketika film-film baru membuat orang jadi mau nonton film Indonesia, ya bahagia dan bangga bahwa filmmaker kita sekarang udah membuat hasil yang luar biasa. Buat orang-orang Indonesia yang tidak pernah nonton film Indonesia, ketika mereka menonton, mereka bisa dengan bangganya mengajak orang lain untuk menonton film Indonesia," tegasnya.
Dalam gambar besar, Marsha Timothy ingin selalu ada dalam peta perfilman Indonesia apapun peran yang akan dijalaninya. Dukungan keluarga menjadi bekal terkuat untuknya.
"Tentunya saya harus dapat dukungan dari keluarga ya, gak mungkin enggak. Mungkin saya juga bisa melakukan kegiatan itu tanpa izin. Kalau suami gak mengizinkan ya gak mungkin dilakukan," paparnya.
Memiliki suami seorang aktor, membuatnya tak perlu susah menjelaskan keinginan berkarya. Penikahan, tak pernah menghalangi karirnya.
"Kalau orang bilang, udah menikah semuanya menjadi terbatas atau segmented atau apa, saya rasa sih enggak juga sih. Semua kembali ke orangnya mau ambil yang kayak gimana. Kalau saya gak pernah punya rencana, pattern dalam karier saya, apa yang harus saya lakukan. Semuanya memang berjalan gitu aja dan yang pasti sesuai kata hati saya gitu. Alhamdulillah," terangnya.
Bukan cuma Vino, si kecil Jizzy Pearl Bastian juga memberi dukungan. "Vino selalu support, Alhamdulillah anak saya juga sekarang udah besar ya tapi dari kecil dia adalah anak yang gak susah. Ketika saya harus bawa dia ke tempat syuting, dia gak pernah merepotkan juga. Jadi saya merasa bersyukur dapat support system yang kuat," katanya.
Ke depan, Marsha berharap film indonesia semakin maju semakin beraneka ragam. "Seperti yang kita lihat sekarang. Hampir semua yang keluar sekarang itu bagus-bagus dan harapan dan ya kita optimis ke depannya lebih banyak lebih bagus lebih aneka ragam dan yang membuat filmmaker itu semangat ketika kita melihat masyarakat semakin percaya dengan karya anak bangsa," harapnya
"Saya cinta sekali dengan akting, harapannya adalah saya bisa terus ada di dunia akting ini. Saya juga suka di film, suka juga di teater jadi saya berharap saya bisa selama mungkin berada di dunia ini karena memang saya kalau ditanya saya hobinya
syuting, hobi akting gitu. Dan kalau ditanya me time-nya apa ya adalah ketika saya buat karya," tegasnya.
Harapan itu sejalan dengan perannya sebagai ibu yang menginginkan anak-anak Indonesia cinta kepada film Indonesia. "Kalau anak saya kebetulan beruntungnya karena kita main film jadi dia yang tanpa saya harus jelaskan detail, tentunya lebih relate dengan film-film Inadonesia bahwa bapak ibunya pekerjaannya adalah aktor dan main film di Indonesia. Kalau untuk ke dia, saya rasa dia lebih ke karena dekat sekali ya. Dia gak perlu dijelaskan lagi karena dia pun menjadi saksi di antara pekerjaan-pekerjaan kita karena dia selalu ada dan selalu hadir," paparnya.
"Kalau untuk anak yang lain ya semoga film Indonesia bisa menghasilkan karya-karya yang luar biasa dengan beraneka ragam dan friendly untuk anak, yang memang bisa ditonton oleh anak-anak, yang baik kualitasnya. Jadi mereka juga tahu, film Indonesia juga banyak yang bagus," pungkasnya.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)