Adian Napitupulu: BUMN Bukan Badan Intelijen Negara yang Rekrutmennya Disembunyikan

JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu meminta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbuka terkait pemilihan direksi maupun komisaris di BUMN. Sebab, masyarakat punya hak untuk mengetahui sistem penerimaan komisaris dan direksi di perusahaan pelat merah.

Apalagi, kata dia, selama ini negara mengeluarkan anggaran sebanyak Rp3,7 triliun per tahun untuk menggaji para direksi dan komisaris tersebut.

"Apa yang ditutupi? Apa yang dirahasiakan? Apa yang disembunyikan. Kenapa harus tertutup jika terbuka. BUMN itu bukan Badan Intelijen Negara layaknya CIA atau M16 yang proses rekrutmennya dirahasiakan. Berhentilah bermain-main seolah BUMN adalah film Mission Impossible," kata Adian dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Minggu, 26 Juli.

Adian juga menjelaskan mengapa dirinya menyatakan ada 6.200 komisaris dan direksi titipan di BUMN. Menurut dia, pernyataan ini dia lontarkan karena semua proses yang dilakukan secara tertutup.

"Bukankah titipan-titipan itu konsekuensi dari tidak adanya sistem rekrutmen yang tidak transparan. ... Setahu saya budaya korporasi yang tertutup itu adalah budaya korporasi yang lahir dari mindset orde baru," tegasnya.

Lebih lanjut, anggota DPR RI ini juga menjawab pernyataan staf khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga yang menyatakan dirinya tak paham soal korporasi karena mempertanyakan alasan tertutupnya pemilihan direksi dan komisaris perusahaan pelat merah. 

Adian menilai pernyataan Arya adalah kesalahan besar. Sebab, selama ini ada sejumlah perusahaan BUMN yang mengumumkan lowongan jabatan komisaris maupun direksi seperti Perusda Pasar Surya, PT Patralog, PT Bank Jatim, dan PT Jateng Petro Energi.

"Dari contoh di atas maka pernyataan bahwa tidak pernah ada lowongan direksi maupun komisaris corporate yang diumumkan secara terbuka tentu sebuah kesalah besar atau sok tahu yang sangat akut," ujarnya.

Sebelumnya, staf khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyatakan pernyataan Adian adalah sebuah blunder. Adian, kata dia, memalukan diri sendiri dengan kesalahan pernyataan yang disebabkan ketidaktahuan akan proses pengisian jabatan pimpinan perusahaan.

"Saya bisa mengatakan bahwa Bung Adian ini jadi banyak blundernya karena tidak paham budaya korporasi," kata Arya kepada wartawan di Jakarta, Jumat kemarin.

Dalam budaya korporasi, kata Arya, sebuah perusahaan tidak pernah membuka lowongan secara terbuka untuk posisi direksi dan komisaris. Ini tak hanya berlaku bagi BUMN, melainkan semua perusahaan.

"Mana ada perusahaan pernah membuka lowongan pekerjaan untuk direksi atau komisaris di media-media atau diumumkan secara terbuka," tutur dia.

Dia pun meminta untuk melakukan pengecekan hal itu. "Coba saja, cek di perusahaan-perusahaan manapun di dunia ini. (Pernyataan Adian) lucu, begitu. Mungkin ada satu, dua (perusahaan), tapi jarang sekali," tambahnya.