Warga Getas Tak Perlu 'Berjuang' Jalan 100 Meter untuk Sekadar BAB di Sungai
JAKARTA - Bertahun-tahun warga Desa Getas, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, dan warga Desa Lebak, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan, buang air besar (BAB) di sungai. Kini semua berubah dan mereka meninggalkan kebiasaan tersebut.
Sebuah sungai kecil memanjang di depan rumah Sarumi (70), warga Desa Getas, Wonosalam, Demak. Dengan permukaan airnya, siang kemarin, setinggi hampir menyamai permukaan jalan.
Di sungai seberang jalan rumahnya itulah, nenek Sarumi biasa BAB. Hal itu dilakukannya sejak bertahun-tahun lamanya. Bahkan, hingga memiliki sejumlah cucu, seperti dikutip dari Pemprov Jateng.
"Nek eek ten mriko, lepen (kalau BAB di sana, sungai), sak derenge wonten (sebelum ada) bantuan," ungkap Sarumi mengenang, ditemui di rumahnya, Jumat 15 Oktober.
Dia lalu memperlihatkan WC dan toiletnya yang baru, Sarumi tersenyum. Pemprov Jateng telah memberikan bantuan jamban kepada warga yang membutuhkan. Dan kini dia tak perlu lagi menyeberang jalan depan rumah untuk sekadar BAB.
Baca juga:
- Polemik Banteng Vs Celeng Usai Deklarasi Ganjar, PDIP Minta Kader Tidak Asal, Tunggu Mandat Megawati
- Jelang Subuh, Jenazah Anak Perempuan yang Diterkam Buaya Ditemukan
- Bansos Jamban di Jateng, Warga: Biar Tak Usah Gedor Rumah Tetangga Lagi
- Langkah Ganjar Tangani Kemiskinan Ekstrem di Lima Kabupaten Jawa Tengah
Kegembiraan serupa juga dirasakan oleh Sukardi (55), warga Desa Lebak, Kecamatan/Kabupaten Grobogan. Sebuah jamban dengan dinding kamar mandi berbahan anyaman bambu, telah terbangun beberapa waktu lalu.
Letaknya berada tepat di halaman belakang rumah. Meski sungai dan jambannya sama-sama berada di belakang rumah, namun Sukardi sekeluarga telah memilih memanfaatkan jamban dan mengubah perilaku BAB sembarangan.
Tempat BAB yang baru itu bisa dipakai oleh anggota keluarganya. Dia dan anaknya, Aris Tinjuwati (34), sama-sama mendapatkan bantuan jamban dari Dinkes Jateng.
“Dua jamban bisa dipakai sekitar enam orang,” sebut Sukardi didampingi putrinya.
Yang jelas, dia amat bersyukur karena tak perlu lagi ke sungai yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya untuk BAB. Apalagi, sungai kerap banjir tiap musim hujan tiba. Bahkan, saat tidak meluap pun, permukaan tanahnya sangat licin.
“Enak ten mriki. Mboten kudanan, mboten banjir (enak di jamban sini. Tidak kehujanan, tidak banjir),” ungkap Sukardi.
Bahkan, dia membangun ruang BAB secara swadaya. Hal itu sebagai bentuk rasa terima kasih kepada pemprov, dan ditambah dengan kebutuhannya untuk memiliki jamban.
Sunarti, warga Desa Lebak lainnya, juga terang-terangan mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang telah memberikan bantuan jamban bagi warganya.
“Matur nuwun Pak Ganjar atas bantuannya,” kata Sunarti di rumahnya.
Pemegang program Bansos Jamban Dinkes Jateng Ayu Novioktaviana Hapsari bersama tim, telah melakukan kegiatan pemantauan ke penerima manfaat bansos di sejumlah daerah. Seperti di Demak, dan Grobogan.
Novi, sapaannya, menyampaikan, selain bantuan jamban, pihaknya getol mengedukasi masyarakat untuk tidak BAB sembarangan.
“Melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) golnya perubahan perilaku masyarakat dari BABS menjadi stop buang air besar sembarangan. Sehingga lingkungan lebih bersih lebih sehat,” kata Novi.