Ratusan Kematian di Tangan Mafia Haus Darah Giovanni Brusca
JAKARTA - Jika diberi pilihan pistol atau tali kekang, Giovanni Brusca barangkali akan memilih tali kekang. Talinya akan diikat ke sebuah batu yang ia tenggelamkan ke dasar sungai, menyeret tubuh seseorang, mengaramkan tubuh itu hingga mati kehabisan napas. Atau cara apapun yang paling sadis untuk Giovanni menghabisi nyawa seseorang. Giovanni Brusca adalah mafia sekaligus pembunuh bayaran paling berdarah dingin pada masanya.
Namanya begitu dikenal. Sepanjang hidup, Giovanni telah menghabisi dua ratus nyawa. Di kalangan mafia, ia adalah andalan. Giovanni bagai malaikat pencabut nyawa yang dapat disuap. Bukan pada perintah Tuhan si malaikat mengabdi, melainkan untuk lembaran uang.
Giovanni lahir di San Giuseppe Jato, Palermo, Italia pada 20 Februari 1957. Lahir dari keluarga mafia membuat Giovanni akrab dengan kekerasan. Ayahnya, Bernando Brusca adalah mafia yang dihukum seumur hidup akibat berbagai kasus pembunuhan berencana.
Terkurungnya sang ayah dalam jeruji besi membuat Giovanni harus mencari nafkah sendiri. Ia mengawali karier mafianya sejak umur 20 tahun. Kala itu, Giovanni bekerja sebagai sopir salah satu mafia bernama Bernando Provenzano. Karier Giovanni berlanjut dengan bergabung dalam jaringan pembunuh bayaran bernama Corleonesi. Tempaan dialami Giovanni di sana. Tempaan yang membentuk naluri membunuhnya.
Dari ratusan, ada satu pembunuhan yang paling lekat dengan nama Giovanni. Korbannya adalah hakim legendaris dari Sisilia bernama Giovanni Falcone. Sebagai hakim, karier Falcone gemilang. Dengan nyalinya --yang tak banyak dimiliki hakim lain saat itu, Falcone menjatuhkan kedigdayaan Salvatore Riina, pemimpin mafia paling disegani saat itu.
Merasa terancam dengan sepak terjang Falcone, Riina menyewa jasa Giovanni. Falcone dibunuh dengan cara gila. Giovanni menempatkan seribu pon TNT di sebuah terowongan di bawah jalan raya yang akan dilalui Falcone dari bandara di luar Palero. Kala itu, Falcone baru saja mendarat dari penerbangan ke Roma.
Pembunuhan terkenal
Pada tanggal 23 Mei 1992, Giovanni dan tiga anggota komplotannya menunggu di sebuah gunung di luar Palermo. Mereka memantau Falcone. Ketika melihat Falcone mendekati terowongan, Giovanni dan komplotannya meledakkan bom yang telah dipasang. Falcone, bersama sopir dan tiga polisi yang mengawalnya tewas.
Ledakan itu juga melukai 20 orang lain yang berada di sekitar lokasi kejadian. Pembunuhan jaksa antimafia top Italia membuat heboh pemberitaan di Italia sekaligus memicu kemarahan publik. Sangat wajar. Falcone adalah sosok penegak hukum yang dikagumi banyak rakyat Italia. Sebuah kehilangan besar.
Polisi gencar mencari keberadaan Giovanni. Namun, Giovanni melarikan diri hingga empat tahun lamanya. Dalam pelariannya, Giovanni tak berhenti. Ia melakoni pembunuhan sadis lainnya. Masih dalam rangkaian kasus pembunuhan Falcone. Kali ini target Giovanni adalah bocah 13 tahun bernama Giuseppe Di Matteo, anggota mafia Cosa Nostra. Bocah itu diculik lalu dibunuh dengan cara dicekik dan direndam ke dalam larutan asam.
Dikutip dari buku Born Out Law karya Eddward S. Kennedy, awal petaka bagi Giuseppe Di Matteo adalah ketika ayahnya, Santino Di Matteo tertangkap pada tahun 1992. Saat itu, ayahnya bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengungkap kasus pembunuhan dua hakim yang keras melawan mafia, yakni Giovanni Falcone dan Paolo Borsellino.
Persekongkolan itu diketahui Salvatore Riina. Ia segera menyewa jasa Giovanni untuk menghabisi Santino Di Matteo. Santino yang saat itu menjadi tokoh kunci pengungkapan kasus mendapat pengawalan ketat sehingga sulit untuk menghabisi nyawanya. Kondisi inilah yang membuat Brusca berniat menculik anak Santino.
Giuseppe Di Matteo diculik oleh Giovanni bersama anak buahnya yang menyamar sebagai polisi dan mengatakan pada Giuseppe bahwa ia akan diantar menjenguk ayahnya di penjara. Anak itu kegirangan. Tanpa pikir panjang ia ikut bersama komplotan Giovanni. Giovanni berkali-kali menghajar anak kecil itu. Foto luka lebam bekas siksaan dikirimkan ke Santino. Tujuannya agar ia berhenti membuka suara dan berkolaborasi dengan polisi.
Panjangnya waktu penyekapan tak juga membuahkan hasil. Negosiasi antara Brusca dan Santino berjalan alot. Hingga akhirnya kesabaran Giovanni habis. Anak Santino yang menjadi tawanan dibunuh dengan cara bengis.
Penangkapan Giovanni Brusca
Bertahun-tahun dalam persembunyian, akhirnya Giovanni ditangkap pada 20 Mei 1996. Ia ditangkap saat bersembunyi di sebuah rumah di barat daya Sisilia. Saat itu Giovanni hendak makan malam dan menyalakan televisi untuk menonton film tentang kematian Falcone.
Di tengah tontonan, seketika puluhan polisi berdatangan dan menangkapnya serta saudaranya, Vincenzo. Petugas bersorak-sorai atas keberhasilan mereka menangkap pembunuh bayaran sadis itu. Bahkan, saking geramnya, ada seorang polisi yang meninju wajah Giovanni hingga berdarah-darah.
Ketika di penjara, Giovanni dijuluki "Babi" karena penampilannya yang tidak terawat atau "Si Penjagal" karena kekejamannya sebagai pembunuh bayaran. Giovanni mendapat hukuman 26 tahun setelah pengurangan hukuman karena Giovanni setuju "bernyanyi" di kursi saksi.
Kesaksiannya membantu penegak hukum menghukum beberapa petinggi Mafia. Pada tahun 1999, Giovanni merilis buku harian penjara, di mana ia mengklaim sebagai pembunuh bayaran mafia utama. Giovanni menumpahkan keterlibatannya dalam lebih dari seratus serangan geng, termasuk kematian bom mobil tahun 1983 di Palermo yang menewaskan Falcone dan Giuseppe.
Baca juga:
"Saya membunuh Giovanni Falcone," tulisnya. Tapi itu bukan pertama kalinya. "Saya sudah menggunakan bom mobil untuk membunuh hakim Rocco Chinnici dan para pengawalnya. Saya bertanggung jawab atas penculikan dan kematian Giuseppe Di Matteo yang berusia 13 tahun ketika dia diculik dan 15 ketika dia dibunuh," tutur Giovanni.
"Saya telah melakukan. Dan secara pribadi memerintahkan lebih dari 150 kejahatan. Bahkan, hari ini saya tidak dapat mengingat setiap orang, satu per satu, nama-nama mereka yang saya bunuh. Lebih dari seratus, tentu saja kurang dari dua ratus.”
Pada Oktober 2019, Giovanni yang telah menjalani 23 tahun penjara bersikeras bahwa dia telah "bertobat" dan menolak kehidupan Mafia. Dia meminta otoritas federal Italia untuk membiarkannya menghabiskan tiga tahun terakhir masa tahanannya di bawah tahanan rumah.
Tetapi, seorang hakim pengadilan nasional menolak permintaan itu. Pembunuh 62 tahun tidak akan dipenjara lebih lama, jika dia hidup. Dia dijadwalkan dibebaskan dari penjara pada tahun 2021 nanti.