Forum Kiai Kampung Usung Marsudi Syuhud di Muktamar NU

SURABAYA - Forum Komunikasi Kiai Kampung Indonesia (FK3I) mengusung KH Marsudi Syuhud sebagai calon Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar ke-34 yang dijadwalkan berlangsung di Lampung pada 23-25 Desember.

Ketua FK3I, Mas Muhammad Maftuch mengatakan Ketua Umum NU harus peka dengan keadaan dan kebutuhan zaman, sehingga dibutuhkan pemimpin seorang ulama yang sangat "alim wa alamah wa faqih".

"Artinya, yang layak memimpin dan menakhodai NU untuk meneruskan estafet kepemimpinan KH Said Aqil Siradj adalah sosok yang sangat alim dan cerdas. Kualifikasi itu pada saat ini ada pada KH Marsudi Syuhud," kata Gus Maftuch, sapaan akrabnya dikutip Antara, Senin, 11 Oktober.

Saat ini Marsudi Syuhud menjabat sebagai salah satu Ketua Pengurus Besar (PB) NU. Gus Maftuch menilai selain KH Marsudi Suhud, belum ada figur lain yang saat ini pantas untuk menggantikan sosok Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU.

"Kapasitas, kapabilitas dan kredibilitas, serta keilmuan, kealiman dan kefaqihan KH Marsudi Suhud bisa dibilang sama dengan KH Said Aqil Siradj. Mari kita bersama-sama selaku umat dan warga NU beristighatsah, tahlil, mujahadah dan doa bersama semoga KH Marsudi Suhud terpilih memimpin NU dalam Muktamar NU di Lampung, Desember nanti," ujarnya.

Senada dengan Gus Maftuch, pengurus FK3I lainnya, AR Waluyo Wasis Nugroho menilai kemampuan Marsudi Syuhud setara dengan Said Aqil Siradj.

"KH Marsudi Syuhud selama mendampingi Buya Said Aqil Siradj telah membuktikan kelasnya sebagai pemimpin NU. Beliau selalu menomorsatukan kepentingan dan kemashlahatan warga NU," katanya.

Gus Wal, sapaan akrabnya, menyebut Buya Said selama menjabat Ketua Umum PBNU selalu peka dan peduli terhadap masalah dan penderitaan warga "Nahdliyin".

Menurutnya, dewasa ini hanya Buya Said dan KH Marsudi Syuhud yang peka terhadap masalah yang dialami warga Nahdliyyin.

Dia mencontohkan, belum lama ini KH Marsudi Syuhud menunjukkan keprihatinannya terhadap ribuan warga NU di Desa Blaru, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang lahan pertaniannya terdampak oleh aktivitas perusahaan pertambangan galian C.

"Beliau sampai meneteskan air mata dan sangat terpukul hatinya ketika ada tujuh orang petani warga NU, yang bermaksud mempertahankan lahan pertaniannya, malah dipanggil Kepolisian Resor Kediri, karena diduga menghalangi aktivitas penambangan," ucap Gus Wal.