Manufaktur Makin Bergeliat, Menperin Agus Gumiwang Yakni Pertumbuhan Industri Tembus 5,5 Persen di Tahun Depan
JAKARTA - Industri manufaktur dalam negeri terus menunjukkan geliatnya sejak kuartal III 2021. Geliat tersebut ditandai dengan pertumbuhannya sebesar 6,91 persen. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku yakin di tahun depan kinerja positif akan terus terlihat pada industri manufaktur.
Lebih lanjut, Agus mengatakan, jika tidak ada ledakan penyebaran COVID-19 di tahun depan pertumbuhannya diperkirakan mencapai 5 hingga 5,5 persen. Karena itu, berbagai program dan kebijakan strategis untuk mendukung laju kinerja sektor industri terus digulirkan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif.
"Untuk tahun ini targetnya (pertumbuhan industri) sebesar 4,5 hingga 5 persen, sedangkan tahun depan 5 hingga 5,5 persen," katanya, melalui keterangan tertulis, Jumat, 8 Oktober.
Agus mengatakan pemerintah tetap akan fokus menjalankan program dan kebijakan unggulan yang dapat menopang performa sektor industri. Contohnya yakni melaksanakan program substitusi impor 35 persen pada tahun 2022.
Menurut Agus, upaya strategis tersebut dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor sekaligus mendorong penguatan struktur industri manufaktur di dalam negeri. Adapun, kebijakan tersebut akan didukung dengan optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
"Strategi ini ditempuh guna merangsang pertumbuhan investasi di sektor industri substitusi impor dan peningkatan utilitas industri domestik," tuturnya.
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, kata Agus, awalnya terdapat lima sektor yang menjadi prioritas pengembangan dalam kesiapan memasuki era industri 4.0. Namun, di tengah pandemi COVID-19, pemerintah menambahkan dua sektor lagi untuk menopang perekonomian nasional.
Baca juga:
Menurut Agus, aspirasi besarnya dari kinerja tujuh sektor tersebut adalah agar Indonesia bisa menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
"Ketujuh sektor potensial itu adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, kimia, alat kesehatan, serta farmasi," tandasnya.
Sekadar informasi, data Bank Dunia (World Bank) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2020 saat pandemi COVID-19 menjangkit di seluruh negara dunia, Indonesia masih mampu mempertahankan status sebagai negara industri atau manufactured based dengan kontribusi sektor (migas dan nonmigas) terhadap PDB nasional melampaui 18 persen.
Adapun hasilnya tercermin dari data nilai tambah manufaktur atau Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia yang mencapai 281 miliar dolar AS atau tertinggi dibanding negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) lainnya.