Setelah Pangkalan Militer Ultra Moderen, Rusia Bakal Bangun Armada Angkatan Laut di Kutub Utara

JAKARTA - Rusia dikabarkan berencana menambah jumlah armada Angkatan Lautnya, dengan membangun kekuatan di kawasan laut utara, untuk memastikan keselamatan dan keamanan di kawasan tersebut.

Sumber di Angkatan Laut Rusia mengatakan kepada TASS, Angkatan Laut Rusia tidak menutup kemungkinan untuk membangun Armada Arktik untuk menjami keamanan rute laut kawasan tersebut.

"Armada Arktik Rusia, sebuah struktur baru, sedang dipertimbangkan. Ini akan menjadi formasi terpisah di dalam Angkatan Laut, dan tanggung jawabnya adalah untuk memastikan keamanan Rute Laut Utara dan pantai Arktik di wilayah tanggung jawab Angkatan Laut Utara dan armada Pasifik," kata sumber itu, mengutip TASS 7 Oktober.

Menurut sumber tersebut, pembuatan armada ini akan memungkinkan Armada Utara dan Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia untuk fokus menyelesaikan misi tempur.

"Rencananya, infrastruktur asosiasi baru akan terpisah dari armada Utara dan Pasifik. Di masa depan, akan ada kapal dan peralatan khusus yang cocok untuk Kutub Utara," ungkap sumber badan tersebut. TASS tidak menerima informasi resmi tentang pembuatan armada.

Ilustrasi sistem pertahanan rudal S-400 Triumf Rusia. (Wikimedia Commons)

Hingga saat ini, Angkatan Laut Rusia yang merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata dengan formasi operasional dan strategis, Armada Baltik, Armada Pasifik, Armada Laut Hitam, Armada Utara dan Armada Kaspia.

Sebelumnya, Rusia mempertegas kehadirannya di Kutub Utara. Negeri Beruang Merah membangun pangkalan militer ultra moderen, tepat di jantung Kutub Utara, di mana ada perselisihan Moskow dengan NATO.

Perkembangan aksesibilitas dan rute navigasi di kawasan Kutub Utara yang mencair dengan cepat, menarik persaingan global dan benturan kepentingan Moskow dengan berbagai negara, termasuk Amerika Serikat.

"Musuh tidak boleh lewat," tegas salah satu komandan pasukan Rusia di kawasan tersebut Ivan Glushchenko, seperti melansir The Moscow Times, Rabu 19 Mei.

Glushchenko, salah satu perwira pangkalan, mengatakan anak buahnya melihat pesawat pengintai Norwegia awal pekan lalu.

Meski lewat tanpa melanggar perbatasan, pasukan Rusia mengirimkan salah satu pesawat mereka untuk 'menemani' pesawat Norwegia selama beberapa jam.

Ketegangan ini kemungkinan akan muncul kembali di Reykjavik, Islandia pada Hari Rabu, saat pertemuan tingkat menteri Dewan Arktik yang terdiri dari Rusia, Amerika Serikat (AS), Kanada, Norwegia, Denmark, Swedia, Finlandia dan Islandia digelar.

Pangkalan militer dimaksud ada 'Arctic Trefoil', pangkalan militer paling utara yang terletak di kepulauan terpencil Franz Josef Land, di Samudra Arktik.

Di bangun di Pulau Alezandra Land yang hanya dihuni oleh personil militer, pasukan Rusia ditempatkan di komplek berbentuk semanggi, dengan cat warna bendera Rusia, putih, biru, merah.

Ilustrasi pangkalan militer Rusia di Kutub Utara. (Wikimedia Commons/Ministry of Defence of the Russian Federation)

Menemati reruntuhan situs Uni Soviet, kompleks tersebut sekarang mencakup lebih dari 14.000 meter persegi dan mampu menopang dirinya sendiri secara mandiri selama lebih dari setahun. Dulunya, ini adalah pangkalan udara Nagurskoye.

Pangkalan dilengkapi dengan kebutuhan seperti pembangkit listrik, pemurnian air dan sistem pemanas. Pangkalan ini juga memiliki klinik, gym, bioskop, sauna dan bahkan gereja.

Semua fasilitas dihubungkan oleh terowongan berpemanas, memungkinkan sekitar 150 atau lebih prajurit untuk menghindari cuaca buruk di luar, di mana suhu bisa turun hingga minus 42 derajat Celcius.

"Kompleks ini seperti stasiun luar angkasa, satu-satunya perbedaan adalah tidak di orbit tetapi di gurun Arktik," jelas Jenderal Igor Churkin, salah satu komandan Armada Utara Rusia yang menempati pangkalan itu.

"Pangkalan itu juga menawarkan sistem pertahanan pantai Bastion dengan jangkauan 360 kilometer. Ini telah menunjukkan keandalannya dalam kondisi cuaca ekstrem di Kutub Utara," kata komandan Balabek Eminov.

Selain 'insiden' melintasnya pesawat Norwegia, Rusia juga memerhatikan perkembangan militer negara lain di sekitar Kutub Utara. Komandan Armada Utara Alexander Moiseyev mengatakan, pasukan AS dan NATO sedang melakukan manuver di Kutub Utara dengan keteraturan yang meningkat.

Merespon situasi yang ada, Rusia meningkatkan kehadiran militernya dalam beberapa tahun terakhir, khususnya dengan mengerahkan sistem pertahanan udara S-400 yang canggih ke wilayah tersebut.