Banyak Kantor Pemerintah, Tapi Mengapa Masih Ada Kasus Gizi Buruk di 10 Kelurahan di Jakarta Pusat
JAKARTA - Sebanyak 10 Kelurahan di Jakarta Pusat masih ditemukan kasus stunting atau gizi buruk. Menyikapi persoalan tersebut, Pemkot Jakarta Pusat memprioritaskan 10 Kelurahan tersebut untuk mendapatkan penanganan khusus peningkatan gizi.
Salah satunya dengan memberikan 35 kilogram jenis ikan hasil panen dari kolam retensi atau embung. Ikan tersebut dipelihara selama 4 bulan di dalam kolam penampungan air hujan milik Sudin Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Pusat
"Akan kita manfaatkan pemberian makanan tambahan khususnya bagi penanggulangan stunting. Panen ikan bawal, nila dan mujiaer ada sekitar 35 kilogram diberikan kepada warga stunting," kata Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma kepada wartawan, Rabu 6 Oktober.
Panen ikan dari kolam retensi atau embung penampung air di kawasan Sawah Besar ini, menurut Dhany, untuk memenuhi kebutuhan peningkatan gizi keluarga kelompok masyarakat yang masuk di dalam program DTKS (data terpadu kesejahteraan sosial).
Baca juga:
- 7 Atlet Terpapar COVID-19 Isolasi di RSUD Mimika, Kondisinya Cukup Baik
- Ada 29 Kasus Positif COVID-19 di PON Papua, Menpora: Pertandingan Tetap Berlangsung
- Jawa Barat Menggila, Depak DKI Jakarta dari Puncak Klasemen Sementara Medali PON Papua
- Proteksi Kesehatan di PON XX Papua, Panitia Siapkan Alur Khusus Cegah Penyebaran COVID-19
"Stunting berdasarkan survey ada 10 kelurahan prioritas dalam penanganan stunting, makanya itu menjadi perhatian serius. Ketika hasil survey diduga ada stunting, maka kita lakukan pendataan ibu hamil dan kelompok usia anak," katanya.
Pihaknya juga segera melakukan pengecekan terhadap lingkungan penderita stunting. Jika ditemukan kendala, maka Pemkot akan memberikan asupan gizi termasuk kepada para orangtuanya (penderita gizi buruk).
"Ikan prioritas dibagikan kesana (penderita gizi buruk), semoga bermanfaat. Kita bisa memanfaatkan aset membentuk ketahanan pangan dari ikan dan sayuran," ujarnya.