Megawati Sindir Indonesia yang Selalu Impor Beras
JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menyidir, impor menjadi jalan keluar utama dalam menyelesaikan masalah kekurangan beras. Bukan mempersiapkan lahan pertanian sejak saat ini.
"Kita selalu kalau sedang mengalami kekurangan beras, maka kita selalu mengatakan atau selalu harus mengimpor," kata Megawati disela-sela pengumuman calon kepala daerah dari PDI-P, Jakarta, Jumat 17 Juli.
Menurut Mega, seharusnya Indonesia mencotoh negara tetangga yang sudah menyiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Sehingga mereka tidak tergantung pada negara lain dalam memenuhi kebutuhan.
"Mereka yang menjadi sentra beras sepeperti Thailand, Vietnam, Kamboja, saya rasa mereka pun sekarang sedang berupaya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri," kata dia.
Baca juga:
Dengan demikian dia menyarankan agar instansi atau kementerian terkait menyiapkan Indonesia sebagai negara yang mandiri akan pangan. Kata dia, ini yang harus ditanamkan dalam benak pejabat Indonesia. Termasuk kepala daerah dari partainya.
"Untuk itulah beberapa waktu yang lalu saya mencanangkan gerakan menanam untuk sebagai bukan pendamping saja, tapi pengganti, kita jadikan pendamping seperti jagung, singkong, talas, umbi-umbian, sukun, sagu," ujarnya.
Apalagi, sambung Mega, Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai sumber daya alam terutama di bidang pangan. Hanya saja, dia menilai negara ini tidak memiliki sistem pengelolaan secara baik dengan manajemen yang tepat.
Padahal sejak dulu, dia mengatakan Indonesia harus berdaulat di bidang pangan, Hal ini sudah pernah disampaikannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu yang lalu. "Kita harus selalu berdiri di atas kaki sendiri. Ini harus ditanamkan, harus percaya," tegasnya.
Lebih lanjut, Mega mengatakan sebuah keharusan bagi pemerintah untuk mampu memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat. Apalagi, bukan tak mungkin suatu saat tak ada lagi negara pengekspor yang bisa memberikan persediaan beras bagi Indonesia.
"Kalau tidak ada negara pengekspor itu memberikan berasnya kepada kita apakah kita akan selalu berdiam diri? Menurut saya tidak. Karena untuk mengisi pangan itu sendiri sebenarnya dengan gotong royong, bergerak cepat, dan seperti saya katakan kita tidak selalu makan beras. Kita perlu mengambil yang namanya hal-hal yang dapat kita jadikan pangan," pungkasnya.