Ratusan Nakes di Jayapura Aksi Nyalakan Lilin terkait Tragedi Penyerangan Brutal KKB di Kiwirok
JAYAPURA - Sekitar 300 tenaga kesehatan dari berbagai organisasi profesi, memenuhi kawasan Taman Imbi, Jayapura, Papua. Nakes menggelar aksi menyalakan lilin terkait tragedi yang menimpa rekan-rekannya di Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Nakes yang hadir di antaranya berasal dari organisasi IDI, Patelki, HAKLI, Persagi, IBI, IAKMI, IAI dan PPNI.
Aksi yang diawali dengan membacakan deklarasi yang berisi empat poin yakni pertama keprihatinan atas terjadinya aksi kekerasan yang menyebabkan kematian dan luka parah dan trauma yang dialami tenaga kesehatan di Kiwirok, Pegunungan Bintang.
Kedua, menolak setiap tindakan kekerasan terhadap tenaga kesehatan yang dilakukan oleh pihak yang mengatasnamakan apa pun. Ketiga, meminta jaminan keamanan seluruh tenaga kesehatan yang mengabdi di Provinsi Papua terutama di daerah rawan konflik.
Sementara poin keempat adalah mendorong adanya kebijakan perekrutan penempatan sumber tenaga kesehatan yang berpihak pada masyarakat dan budaya setempat.
Seusai pembacaan deklarasi dilanjutkan pembacaan puisi secara bergantian dan doa serta menyalakan lilin.
Para nakes yang hadir nampak mengenakan kemeja putih dan bagian bawah hitam dengan menyematkan pita hitam di lengan baju sebagai tanda berduka.
Beberapa nakes yang hadir berharap tidak ada lagi rekan-rekannya yang menjadi korban oleh pihak mana pun.
“Lami berharap tidak ada lagi rekan nakes yang menjadi korban penganiayaan hingga mengalami luka bahkan meninggal, " harap suster Siti Soltief.
Baca juga:
Selain para nakes dari berbagai organisasi profesi juga nampak warga dan anggota TNI.
Tercatat lima nakes terluka dan seorang di antaranya yakni Gabriela Meilan meninggal akibat dianiaya KKB yang melakukan aksi pembakaran fasilitas umum di Kiwirok, Senin, 13 September. Jenazah Gabriela Meilan, Selasa, 21 September dievakuasi ke Jayapura.
Empat nakes yang masih dirawat di RS Marthen Indey yakni dr. Restu Pamanggi, Katrianti Tandila, Emanuel Abi, dan Kristina Sampe Tonapa.