Banjir Melanda Kabupaten Gorontalo, 275 KK Terdampak

JAKARTA – Banjir kembali melanda warga Kabupaten Gorontalo, Gorontalo.  Banjir dipicu oleh hujan lebat hingga debit air Sungai Paguyuman, salah satu sungai terbesar di provinsi ini.

Sebelumnya peristiwa yang sama juga terjadi di Kabupaten Bone Bolango pada Kamis, 9 September.

Kali ini banjir Kabupaten Gorontalo merendam tiga desa, yaitu Desa Tolite di Kecamatan Boliyohuto, Juria di Bilato dan Molohu di Tolangohula. Sebanyak 275 KK atau 929 warga di tiga desa ini yang terdampak banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gorontalo melaporkan tidak ada korban jiwa atau pun luka-luka akibat banjir tersebut. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB  Abdul Muhari mengatakan saat banjir terjadi, ketinggian muka air setinggi 30 cm hingga 80 cm merendam 267 rumah warga. Tidak ada kerusakan berat akibat banjir tersebut. 

“BPBD Kabupaten Gorontalo merespons kejadian ini dengan menerjunkan personel tim reaksi cepat (TRC) untuk penanganan darurat. Personel disiagakan untuk melakukan pemantauan maupun pendataan. TRC juga bersiaga apabila ada warga yang harus dievakuasi ke tempat yang aman,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat, 17 September.

Menyikapi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, prakiraan awal musim hujan pada tahun ini, wilayah Gorontalo diprediksi memasukinya pada September hingga November 2021. 

Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, tiga kecamatan berpeluang hujan dengan intensitas ringan pada Minggu, 19 September. Sedangkan analisis inaRISK, provinsi Gorontalo memiliki 17 kecamatan yang berpotensi bahaya banjir dengan kateogri sedang hingga tinggi. Ketiga kecamatan tersebut termasuk ke dalam wilayah dengan potensi tersebut. 

Dilihat pada data BNPB selama periode 2015-2020, kejadian banjir di Kabupaten Gorontalo tercatat sebanyak 20 kali. Selama kurun waktu itu, banjir menelan korban jiwa sebanyak 4 warga dan 1 lainnya hilang, sedangkan rumah rusak 5 unit dan fasilitas umum 30. 

Menghadapi musim hujan, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang. 

Kesiapsiagaan komunitas dapat membantu dalam menginformasikan peringatan dini melalui kearifan lokal yang hidup dimiliki, seperti menginformasikan curah hujan tinggi yang berada di hulu kepada mereka yang tinggal di kawasan yang lebih rendah atau hilir.