Luhut Tegaskan Beberapa Hari ke Depan Akan Ada Kenaikan Data Kasus COVID-19, Penyebabnya?
JAKARTA - Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan beberapa hari ke depan akan ada tren kenaikan data kasus konfirmasi dan kematian akibat COVID-19. Sebab, pemerintah tengah melakukan pembenahan data.
Menko Luhut mengatakan berdasarkan evaluasi PPKM level 4, data indikator kematian sudah masuk sebagai assessment yang sesuai dengan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
Sebelumnya, kata Luhut, pada dua pekan lalu ada upaya pembenahan data sehingga sekarang sudah makin membaik. Namun, data di beberapa daerah butuh 1-2 minggu ke depan supaya lebih baik.
"Kasus-kasus kematian sebelumnya tidak dilaporkan sudah banyak dilaporkan. Saya ingatkan dalam beberapa hari ke depan akan ada peningkatkan kasus konfirmasi dan juga kasus kematian yang dikeluarkan kabupaten/kota, ada beberapa ratus atau ribu data yang secara bertahap dikeluarkan dalam 10 hari ke depan," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 23 Agustus.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi ini mengakui bahwa mengatur data tersebut tidak mudah. Terkait angka kematian yang tinggi di beberapa wilayah, kata Luhut, arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta secara khusus dilakukan pengecekan dan intervensi di lapangan.
"Salah satu (penyebab) masih tingginya kematian, (karena) masih enggannya masyarakat untuk melakukan isolasi terpusat sehingga terjadi perburukan saat isoman telat ke faskes," tuturnya.
Baca juga:
- Jokowi Perpanjang PPKM Jawa-Bali, Jabodetabek Turun ke Level 3
- Juliari Divonis 12 Tahun Penjara, Hakim: Terdakwa Sudah Cukup Menderita Dicerca, Dimaki, Dihina Masyarakat
- Surya Paloh: Jangankan 1 KPK, 100 KPK Tidak Berefek Apa-apa
- Potensi Gelombang COVID-19 Lain, Luhut: Tak Ada yang Paling Hebat, yang Hebat adalah Bekerja Sama dalam Tim
Karena itu, kata Luhut, itu pemerintah mengimbau masyarakat yang terkonfirmasi positif COVID-19 agar dapat masuk ke pusat isolasi yang disedikan pemerintah yang dijamin obat-obatannya, makanan dan tenaga kesehatannya.
"Positif COVID-19 bukan aib yang harus ditutupi," ujarnya.