Miliki Kemitraan Dagang Terbesar, Wakil Ketua MPR RI: ASEAN dan Mitranya Punya Posisi Tawar di LCS
JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengatakan, Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dan mitranya, bisa memiliki posisi tawar menghadapi tantangan di Laut China Selatan (LCS), ketika berkaca pada besarnya potensi ekonomi yang dimiliki.
"ASEAN dan mitranya bisa punya posisi tawar menghadapi perkembangan di Laut China Selatan," ujar Basarah dalam keterangan tertulisnya, mengutip Antara Rabu 11 Agustus.
Lanjutnya, hal itu dikarenakan di tengah ketegangan Barat dan China di LCS, ASEAN saat ini telah menjadi blok ekonomi strategis setelah bersama China, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Australia dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Cooperation (RCEP).
Kemitraan yang dicetuskan dalam KTT ASEAN di Bali pada 2011 lalu itu, dinilainya menjadi kemitraan dagang terbesar di dunia, dengan mencakup 30,2 persen GDP dunia, 27,4 persen perdagangan dunia, serta 29,8 persen investasi langsung mancanegara.
Oleh karena itu, Basarah mengatakan, dengan potensi ekonomi besar tersebut ASEAN idealnya dapat turut mendorong penyelesaian masalah di LCS.
"Bahkan ASEAN idealnya dapat menjadi pihak yang turut mendorong penyelesaian persoalan di LCS atau turut mendorong terciptanya keamanan dunia," tandasnya.
Akan tetapi dia mengingatkan, perjanjian kerja sama ekonomi ASEAN dalam kemitraan RCEP harus menjadi kemitraan yang menguntungkan seluruh anggota ASEAN.
Ia berharap, jangan sampai stabilitas negara di kawasan yang tercipta oleh prinsip non-intervensi, menjadi lahan subur bagi investasi sekaligus potensi konsumen dari negara-negara maju yang bermitra.
"Kemitraan harus saling menguntungkan dan demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jangan sampai muncul anggapan bahwa ASEAN menjadi kawasan untuk produksi, karena buruh murah dan merupakan lokasi untuk menjual hasil produksi," pesannya.
Baca juga:
Basarah menambahkan, prinsip non-intervensi dalam bidang ekonomi dan politik yang dianut ASEAN pada sisi berbeda, menghadirkan tantangan tersendiri. Karena negara-negara anggota ASEAN diperbolehkan menganut sistem demokrasi liberal, otoritarianisme, bahkan komunisme.
"Sehingga, negara-negara Blok Barat dan Blok Timur mempunyai kepentingan besar terhadap ASEAN. Membuat ASEAN jadi elastis, dinamis, juga penuh tantangan," pungkasnya.