Penyelidikan Kasus Kekerasan Gajah Hamil yang Mati Berdiri di India
JAKARTA - Kematian seekor gajah di Kerala, India memicu kemarahan warganet. Apalagi penyebab kematian gajah yang diketahui sedang hamil itu, karena memakan buah nanas berisi petasan.
Alhasil gelombang kemarahan diluapkan warganet, lini masa media sosial juga dipenuhi tagar #RIPHumanity sebagai bentuk kampanye anti kekerasan terhadap hewan di India. Apalagi gajah, termasuk hewan suci dalam mitologi agama Hindu di India.
Dilansir dari The Guardian, penemuan gajah liar yang ditemukan mati berdiri di sungai di Taman Nasional Silent Valley di distrik Palakkad, terjadi pada pekan lalu. Gajah malang yang belakangan diketahui sedang hamil itu, mati karena luka ledakan di dalam mulutnya.
Berita kematian gajah yang kejam mendorong lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia menandatangani petisi yang menuntut keadilan atas kematian gajah tersebut. Dari bintang Bollywood hingga politisi dan CEO perusahaan ternama angkat bicara. Aktor Bollywood Akshay Kumar menyebut kematian gajah itu “memilukan, tidak manusiawi dan tidak dapat diterima”.
Namun, masalah ini berubah parah setelah kaum nasionalis Hindu sayap kanan mengangkat isu agama. Mereka menyalahkan komunitas Muslim karena sengaja melakukan pembunuhan terhadap gajah tersebut.
Maneka Gandhi, seorang anggota Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, menuduh bahwa gajah itu dibunuh di distrik Malappuram. Distrik tersebut memiliki 70 persen populasi Muslim, sekalipun lokasi gajah mati itu berada lebih dari 50 mil di barat dari Sungai Velliyar di Palakkad.
“Malappuram terkenal dengan insiden seperti itu, itu distrik paling kejam di India. Misalnya, mereka membuang racun di jalan sehingga 300-400 burung dan anjing mati sekaligus,” kata Gandhi.
Kasus Penyiksaan Hewan
Sebagian besar di negara bagian India seperti Assam, Kerala, Rajasthan dan Tamil Nadu adalah rumah bagi banyak gajah. Menurut laporan World Animal Protection, India dianggap sebagai "tempat kelahiran gajah jinak untuk digunakan oleh manusia", sebuah praktik yang dimulai ribuan tahun yang lalu.
Di India Selatan, gajah juga disewakan selama festival keagamaan untuk parade dan prosesi yang sarat akan kehadiran manusia, termasuk pernikahan, serta pembukaan toko dan hotel. Mereka menempuh jarak jauh dengan kendaraan terbuka dan berjalan di jalan-jalan terpal di bawah terik matahari selama berjam-jam.
Namun pada 2018 silam, sebuah video yang mengejutkan menunjukkan seorang pawang hewan tanpa ampun memukuli seekor gajah di Jaipur. Dalam video tersebut terlihat ia menyerang seekor gajah dengan kapak sementara lelaki lainnya berulang kali menyerang gajah dengan tongkat sebelum kakinya diikat dan dibakar.
Tidak hanya gajah, hewan liar seperti monyet juga menjadi sasaran kekerasan. Masih di 2018, sebelas monyet ditemukan terbunuh di dekat Jalan Raya Nasional-8, sekitar 66 km dari Jaipur, Rajasthan. Otoritas Departemen Kehutanan mengatakan bahwa monyet-monyet tersebut dipukuli dengan tongkat dan disiram dengan bahan kimia bersifat asam.
Bahkan dikabarkan, tak hanya kekerasan fisik. Beberapa kasus juga menunjukkan terdapat tindak pemerkosaan terhadap hewan seperti anjing dan sapi.
Masih banyak lagi kasus kekerasan terhadap hewan di India. Tak hanya di India namun beberapa negara di seluruh dunia. Namun bukan berarti India tak memiliki hukum bagi para pelaku kekerasan terhadap hewan.
Pemerintah India memiliki hukum yang menaungi perlindungan hewan yaitu UU Pencegahan Kekejaman terhadap Hewan 1960 (diubah menjadi UU Kesejahteraan Hewan India pada 2011) dan UU Perlindungan Margasatwa 1972. Hukum tersebut mencegah hewan mengalami kekerasan baik yang di alam liar maupun percobaan untuk kosmetik.