Hancur-hancuran Garuda Indonesia: Rugi Rp36,2 Triliun Sepanjang 2020
JAKARTA - Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia Tbk melaporkan kerugian secara konsolidasi sebesar 2,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp36,2 triliun (kurs Rp14.503) pada sepanjang 2020 lalu.
Dalam laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Sabtu 17 Juli, Garuda menyebut liabilitas jangka pendek grup melebihi aset lancarnya sejumlah 3,8 miliar dolar AS dan grup mengalami defisiensi ekuitas sebesar 1,9 miliar dolar AS.
“Pandemi COVID-19, diikuti dengan pembatasan perjalanan, telah menyebabkan penurunan perjalanan udara yang signifikan, dan memiliki dampak buruk pada operasi dan likuiditas grup,” jelas manajemen emiten berkode saham GIAA.
Secara spesifik, perseran mengakui belum dapat memenuhi kewajiban keuangannya kepada bank, vendor yang signifikan, seperti PT Pertamina untuk pembelian bahan bakar, PT Angkasa Pura I dan II sebagai operator bandara, dan lessor pesawat.
“Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya kepada lessor mengakibatkan pelarangan penggunaan (grounding) pesawat sewa tertentu,” tutur Garuda.
Atas hal tersebut, national flag carrier ini lantas melakukan beberapa langkah strategis, seperti negosiasi utang dengan kreditur, negosiasi dengan pihak lessor, rasionalisasi jumlah karyawan, permohonan pencairan sisa obligasi konversi, hingga pengajuan keringanan pajak.
“Jika Grup tidak dapat merealisasikan rencana dan tindakan yang disebutkan di atas, grup mungkin tidak dapat terus beroperasi sebagai kelangsungan usaha. Laporan keuangan konsolidasian ini tidak mencerminkan penyesuaian yang diperlukan jika grup tidak dapat melanjutkan kelangsungan usahanya,” jelas GIAA.
Baca juga:
Secara umum, kinerja Garuda pada tahun lalu memang sangat tertekan. Mengutip laporan keuangan tersebut, pendapatan usaha perseroan di tahun buku 2020 tercatat sebesar 1,4 miliar dolar AS.
Angka tersebut terjun bebas dibandingkan dengan 2019 saat belum terjadi pandemi dengan 4,5 miliar dolar AS. Kemudian, beban usaha tercatat sebesar 3,3 miliar dolar AS pada akhir tahun lalu.
Dalam pemberitaan VOI sebelumnya, manajemen Garuda Indonesia sempat menuturkan jika dari 142 pesawat yang saat ini dikuasai oleh perseroan, 136 pesawat diantaranya berstatus sewa, sementara 6 unit pesawat lainnya merupakan milik sendiri.