Amerika Serikat Dilanda Demo dan Kerusuhan, WNI Dipastikan Aman

JAKARTA - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Amerika Serikat yang berkantor di Washington DC dan seluruh Konsulat Jenderal RI (KJRI) memastikan, warga negara Indonesia (WNI) yang berada di sana dalam keadaan aman.

Wakil Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Iwan Freddy menyatakan, pihaknya langsung memonitor WNI karena gelombang aksi masa yang terus meluas ke beberapa kota. Aksi masa ini dipicu kasus kematian George Floyd.

"Seluruh WNI di AS yang berjumlah 142.441 orang saat ini berada dalam kondisi aman dan baik-baik. Tidak ada laporan terkait WNI yang terdampak akibat demo", kata Iwan dalam keterangan tertulis, 2 Juni.

Saat ini, kata Iwan, keselamatan dan keamanan WNI jadi perhatian khusus KBRI dan KJRI di Amerika Serikat. Iwan mengimbau agar WNI tetap tenang menjalani aktivitas, tidak keluar rumah kecuali dalam keadaan mendesak, dan menyediakan kebutuhan rumah tangga atau kesehatan.

"Kami wanti-wanti agar menjauhi tempat-tempat terjadinya aksi unjuk rasa karena akan membahayakan keselamatan dan keamanan mereka. Patuhi setiap instruksi, kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas setempat", ucap dia.

Ia melanjutkan, seluruh Perwakilan RI di AS terus menjalin kontak dengan simpul-simpul masyarakat Indonesia, termasuk mahasiswa, di berbagai wilayah di AS untuk membantu memantau dari dekat dan memastikan keselamatan WNI dalam situasi saat ini. 

Sebagai informasi, aksi unjuk rasa yang terjadi di berbagai negara bagian Amerika Serikat, seperti Californa, Colorado, Florida, Georgia, Illinois, Kentucky, Minnesota, New York, Ohio, Oregon, Pennsylvania, South Carolina, Tennessee, Utah, Washington, dan Wisconsin.

Sebagian telah menerapkan peraturan jam malam dan status darurat. Sebab, beberapa aksi demonstrasi berujung rusuh dan mengakaibatkan kerusakan serta pembakaran di beberapa toko maupun restoran sekitar lokasi demo.

Bahkan, sejumlah negara di luar Amerika Serikat juga menggelar aksi penolakan perlakuan rasis terhadap warga berkulit hitam sebagai bentuk empati atas kematian George Floyd. Di antaranya adalah London (Inggris), berlin (Jerman), Selandia Baru, dan Amsterdam (Belanda).

Adapun aksi ini dipicu tewasnya pria kulit hitam George Floyd. Dia tewas karena ditangkap polisi dengan tuduhan memakai uang palsu untuk bertransaksi di toko kelontong. Salah satu aparat itu kemudian memborgol tangan Floyd dan menduduki lehernya. 

Ketika semakin banyak orang yang menyaksikan kejadian itu, Floyd mulai merintih kesakitan. Menurut kesaksian Frazier dalam videonya yang lain dijelaskan, wajah pria itu ditekan begitu keras sampai hidungnya berdarah. "Kamu hanya akan duduk di sana dengan lutut di lehernya?" tanya seorang saksi kepada polisi tersebut.  

Beberapa menit kemudian, pria itu tampak tidak bergerak, matanya terpejam dan kepalanya terkulai di jalan. "Dirinya bahkan sama sekali tidak bergerak," kata seorang saksi yang memohon kepada polisi untuk menghentikannya. Saksi lainnya bertanya kepada polisi tersebut "Apakah anda membunuhnya?"

Kemudian, pria yang sudah tidak sadarkan diri itu ditandu ke dalam ambulans. Orang-orang yang masih berada ditempat kejadian itu bilang ke dua orang polisi tersebut bahwa insiden itu akan menghantui mereka selama sisa hidup mereka.

Menurut pengakuan polisi, ia terpaksa dilumpuhkan karena melakukan perlawanan. Tapi informasi itu masih sumir. Sementara itu Kepala Kepolisian Minneapolis, Medaria Arradondo meminta FBI untuk menyediliki kasus lebih lanjut.