Wapres Ma’ruf Amin: Pemerintah Kewalahan Siapkan Tempat Perawatan COVID-19

JAKARTA - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan pemerintah saat ini kewalahan dalam menyiapkan fasilitas kesehatan untuk perawatan terhadap pasien COVID-19. Karena itu, masyarakat diminta disiplin mematuhi regulasi PPKM darurat.

"Pemerintah sekarang pontang-panting menyiapkan perawatan, sampai banyak sekarang yang pasang tenda rumah sakit, kekurangan oksigen, kekurangan tenaga kesehatan," kata dia saat pertemuan dengan para ulama, tokoh agama Islam, dan kepala daerah secara hibrid di Istana Wakil Presiden di Jakarta dikutip Antara, Senin, 12 Juli. 

Wapres Ma’ruf menyebut tingkat bahaya kesehatan COVID-19 sudah luar biasa, terbukti dengan banyaknya masyarakat meninggal dunia, termasuk tenaga kesehatan.

Selain itu, banyak rumah sakit tidak mampu menampung pasien karena tingginya keterisian tempat tidur di rumah sakit (bed occupancy rate), khususnya di Jawa dan Bali yang di atas 90 persen.

"Ini hal yang saya ingin sampaikan kepada para kiai, sekarang rumah sakit sudah tidak menampung, kekurangan oksigen, tenaga kesehatan banyak wafat," ujar dia.

Wapres menyebutkan hingga 6 Juli 2021, tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat COVID-19 mencapai lebih dari 1.000 orang, antara lain terdiri atas 405 dokter, 399 perawat, 166 bidan, 43 dokter gigi, dan 32 ahli tenaga laboratorium.

"Untuk jadi dokter itu tidak mudah, bukan satu tahun atau dua tahun, tapi sekarang banyak (dokter, red.) jadi korban," sambung Ma’ruf Amin.

Dia juga mengatakan jumlah ulama yang meninggal dunia karena terinfeksi COVID-19 mencapai 541 orang, terdiri atas 450 laki-laki dan 90 perempuan.

Karena itu, Wapres meminta para ulama dan tokoh agama Islam untuk dapat bersama-sama dengan pemerintah dalam menanggulangi bencana kesehatan pandemi COVID-19 di Indonesia.

"Saya ingin mengajak sahabat-sahabat saya semua untuk bersama-sama dengan pemerintah menanggulangi bahaya COVID-19. Bersama-sama pemerintah kita berjuang, berjihad menghadapi bahaya COVID-19 yang jahat," ujar Wapres.