Kami Mengunjungi Surga Makanan Afrika di Jakarta Barat
JAKARTA - Cuaca mendung membuat perut mudah lapar. Kalau Anda bosan dengan makanan yang itu-itu saja, kami akan rekomendasikan satu tempat yang bakal membuat Anda penasaran. Kami mengunjungi African Food Center (AFC) Nwyanyi Nnewi di Jalan KS Tubun, Slipi, Jakarta Barat untuk menikmati segala makanan khas Afrika.
Kami tiba di AFC sekitar pukul 12.30 WIB. Rasanya waktu yang pas untuk mengisi perut dengan makanan berat, mengingat sudah waktunya makan siang. Posisi AFC ini tepat di pinggir jalan, sehingga Anda bisa dengan mudah menemui tempat makan ini.
Masuk ke dalam, ternyata sejumlah pengunjung yang tampaknya berasal dari Afrika pun tengah asyik menyantap makanan mereka di atas piring berwarna putih. Tak ada menu makanan tertempel di sana dan kami pun kebingungan saat akan memesan makanan.
"Pesannya di sini, kak," kata seorang pelayan restoran yang sepertinya tahu kami kebingungan. Dia pun mempersilakan kami memilih apa yang ingin kami makan siang itu.
Butuh waktu lama, sekitar 15 menit bagi kami untuk memilih makanan. Selain asing melihat jenis makanannya, pilihannya juga begitu banyak. Selintas, di hadapan kami ada berbagai pilihan makanan khas Afrika.
Setelah mendengar penjelasan dari pelayan, akhirnya kami memilih bitter leaf soup dan fufu lengkap dengan protein hewani berupa ayam yang direbus. Setelah memesan langsung di etalase makanan --serupa Warteg-- kami pun duduk memilih kursi yang kosong.
Tak lama, makanan kami datang. Fufu dan bitter leaf soup lengkap dengan ayam tersaji di atas dua piring putih tanpa sendok dan garpu. Kami pun melihat pengunjung restoran yang tengah menyantap makanan mereka, ternyata, untuk memakan ini semua memang tak perlu alat tambahan selain tanganmu sendiri.
Awalnya, kami langsung mencoba fufu yang merupakan makanan pokok masyarakat Afrika. Makanan ini dibuat dari tepung gandum yang diberi air lalu dimasak dan menggumpal bentuknya. Padat tapi seperti adonan roti dan rasanya tawar jika tak dicocol dengan makanan pendamping.
Setelah mencobanya tanpa dicocol, kami pun mencobanya dengan cara dicocol ke kuah bitter leaf soup yang tampilannya mirip gulai masakan Padang. Rasa yang pertama kali dapatkan adalah pedas. Selain itu, rasa kuahnya juga begitu berminyak tapi kayak akan rempah dan berlemak. Kurang cocok untuk kalian yang sedang program diet.
Selanjutnya kami mencoba memakan fufu dengan kuah dan sayur dalam bitter leaf soup itu lengkap dengan ayam yang sudah kami suwir. Bitter leaf soup ini menggunakan daun pepaya yang rasanya sedikit pahit. Rasanya pedas, sedikit pahit, dan berminyak itu menyatu di lidah dan membuatnya menjadi perpaduan yang cukup nikmat.
Hampir setengah porsi fufu dan bitter leaf soup habis kami santap dan membuat kami kekenyangan. Ternyata, besar juga porsi makanan ini. Padahal kami hanya memesan setengah porsi dari porsi normal.
Sayangnya, saat kami mendatangi Nwanyi Nnewi, saya tak bisa mengincipi Zobo atau minuman khas Afrika. Sebab, salah satu pegawai di sana bilang hari ini mereka tak membuat Zobo yang bahannya dari jahe.
Selain Fufu, AFC juga menyediakan ragam masakan nasi, seperti nasi goreng, nasi putih, dan nasi yang dimasak khas dengan rempah seperti di Afrika. Tak hanya itu, ada juga pilihan protein hewani lainnya seperti daging dan ikan.
Selesai makan, kami pun sempat berbincang dengan Dwi, pengelola AFC. Kepada VOI, Dwi menjelaskan makanan yang mereka jual adalah makanan otentik dari Afrika. Konsepnya pun sama dengan restoran yang ada di sana, yaitu pengunjung bisa memilih makanan secara langsung.
"Iya (ini konsepnya) seperti kebanyakan restoran di Afrika style-nya begini. Karena pemiliknya asli orang Nigeria," katanya saat berbincang dengan kami, Sabtu, 7 Desember.
Membangun cita rasa khas
Dwi mengatakan, restoran ini sebenarnya sudah buka sejak lima tahun belakangan. Hanya saja, mereka memang baru pindah ke Jalan KS Tubun, Jakarta Barat.
Karena pemiliknya asli Nigeria, maka makanan yang ada di sini cita rasanya persis seperti di tempat aslinya. Tak hanya itu, bumbu yang mereka gunakan di tempat makan ini juga diimpor langsung dari Afrika seperti minyak yang mereka gunakan.
"Rasanya persis sama. Kita datangin bumbunya langsung dari luar, dari Afrika atau Malaysia. Soalnya di sini, bahannya jarang ada, kayak pandoya," ungkap dia.
"Kayak minyak yang kita pakai, itu minyak sawi. Warnanya dia merah. Makanya, minyak di makanannya itu kan warnanya merah. Itu yang bikin taste-nya beda. Teksturnya jadi lebih lengket juga," imbuhnya.
Para pengunjung yang datang, apalagi yang asli Afrika biasanya akan memilih egusi. Makanan ini adalah jenis kuliner berkuah yang memadukan ayam kampung dan kikil sapi. Uniknya, kuah makanan ini dibuat dengan campuran melon yang dihaluskan dengan biji labu.
Selain orang Afrika, Dwi menyebut banyak juga orang Indonesia yang makan di AFC. Biasanya, mereka datang karena penasaran setelah melihat ulasan makanan yang dijual di sana.
"Tapi biasanya kalau orang Indonesia suka bingung mau makan apa, karena mereka enggak biasa juga ya. Kecuali yang memang punya pacar atau suami orang Afrika, pasti langsung tahu mau pesan apa," ujarnya sambil tersenyum.
Kalau sudah begitu, kata Dwi, biasanya para pelayan akan memberi tahu pada mereka yang kebingungan menu apa saja yang wajib dicoba. Selain egusi, biasanya, pelayan akan merekomendasikan bitter leaf soup dan fufu seperti yang kami coba.
Soal harga, kalian tak perlu khawatir. Makanan yang ada di AFC ini, tidak akan membuat kalian merogoh kocek dalam-dalam. Sebab, setengah porsi fufu dan bitter leaf soup seperti yang kami makan, lengkap dengan air mineral hanya seharga Rp45 ribu.
Bagaimana, siap mencicipi makanan Afrika buat weekend-mu?