Keuntungan Krakatau Steel di Kuartal I 2020 Dianggap karena Laba Selisih Kurs dan Penjualan Aset
JAKARTA - Legislator Komisi VII DPR angkat bicara menanggapi pemberitaan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang mengklaim mencatat laba bersih sebesar 74,1 juta dolar AS atau setara Rp1,07 triliun (kurs Rp14.500) pada kuartal I-2020.
Menurut Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno, klaim keuntungan emiten berkode saham KRAS tersebut sesungguhnya terbantu laba selisih kurs dan penjualan aset perusahaan.
"Jika dilihat laporan keuangannya, Krakatau Steel bisa untung di kuartal I 2020 karena mencatat laba selisih kurs sebesar 114 juta dolar AS atau setara Rp1,65 triliun dan penjualan aset berupa inventaris senilai hampir 34 juta dolar AS atau hampir Rp500 miliar. Namun, di sisi lain, penjualan Krakatau Steel justru turun hampir 35 persen," jelas Eddy dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Minggu 31 Mei.
Eddy yang juga merupakan Sekjen DPP PAN ini menjelaskan bahwa kinerja riil perseroan sesungguhnya masih merugi. Pasalnya jika keuntungan Rp1,07 triliun dikurangi keuntungan kurs dan penjualan aset, Krakatau Steel tetap rugi sekitar Rp550 miliar.
"Inilah gambaran kinerja Krakatau Steel yang sesungguhnya," tutur Eddy.
Sekadar informasi, laba ataupun rugi selisih kurs merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi laba perusahaan. Selisih kurs didapat dari tenggang waktu antara waktu transaksi sebuah perusahaan dan waktu pembayaran di mana di dalam tenggang waktu tersebut kurs rupiah juga berubah.
Baca juga:
Eddy mengakui adanya efisiensi biaya dalam operasi dan produksi Krakatau Steel, namun jumlahnya tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh dari keuntungan non operasional.
"Memang kami apresiasi bahwa ada efisiensi biaya dalam operasi dan produksinya, tetapi nominalnya tidak sebanding dengan nilai dari keuntungan non operasional berupa selisih kurs dan penjualan aset," ujar pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Investment Banking Merrill Lynch untuk Asia Pacific ini.
Eddy meminta Krakatau Steel maupun pemegang sahamnya untuk mengantisipasi kerugian perseroan yang akan terjadi akibat pagebluk COVID-19.
"Ke depannya, kinerja Krakatau Steel diperkirakan memburuk, sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang babak belur akibat COVID-19. Industri konstruksi dan migas yang menjadi konsumen besar KS praktis nyaris mati suri tahun ini," ucapnya.
Namun, lanjut dia, karena Krakatau Steel merupakan salah satu industri strategis nasional dengan investasi yang begitu besar dan menyerap tenaga kerja yang signifikan, pemerintah tentu akan memberikan dukungan agar Krakatau Steel tidak kolaps.