Kisah Rasisme di AS: dari Perbuatan Tidak Menyenangkan Hingga Nyawa yang Melayang
JAKARTA - Belum juga kasus pembunuhan Ahmaud Arbery terselesaikan, tapi kasus rasisme di Amerika Serikat sudah bertambah. Hal ini tentu menambah jumlah kisah tragis dari isu rasisme di negara tersebut. Kisah-kisah yang sebenarnya selalu ada dan tak pernah menghilang sedari dulu, hanya saja sekarang orang-orang bisa merekam dan membuktikannya.
William Roddie Bryan, orang yang merekam kejadian penembakan Ahmaud Arbery kini menjadi tersangka ketiga kasus itu. Seperti yang sudah pernah diceritakan dalam siniar VOI dengan judul "Kisah Pembunuhan Ahmaud Arbery yang Telah Menjadi Perhatian Dunia", penembakan ini dilakukan oleh Greg McMichael dan Travis McMichael. Sebelumnya pengacara Bryan selalu mengelak setiap kali kliennya dituduh ikut bersalah, baik dari pihak McMichael ataupun keluarga Ahmaud. Ia mengaku bahwa kliennya hanyalah saksi yang bahkan juga menerima ancaman pembunuhan karena video tersebut. Namun akhirnya, ia terbukti ikut membantu insiden itu dengan mencoba menghalangi jalan Ahmaud menggunakan kendaraannya.
Beru-baru ini, terdapat dua kejadian viral yang melibatkan isu rasisme. Kejadian tersebut terjadi di Central Park, Manhattan, New York City dan Minneapolis, Minnesota. Kejadian yang menggambarkan perbuatan tidak menyenangkan hingga nyawa yang melayang.
Kejadian di Central Park terjadi pada tanggal 25 Mei kemarin, pagi hari, sekitar pukul 7:30 sampai 8:00 waktu setempat. Christian Cooper, seorang pria berkulit hitam mengaku rajin melihat burung di area Ramble, salah satu bagian di Central Park yang penuh dengan jalur berkelok dan tanaman hijau tebal sehingga menarik lebih dari 230 spesies burung. Saat itulah dia melihat seekor anjing yang dilepas tanpa tali, padahal di area tersebut dilarang melepas anjing tanpa tali.
Pemilik anjing itu adalah Amy Cooper, wanita berkulit putih. Walaupun namanya keduanya adalah Cooper, mereka tidak mengenal satu sama lain sebelumnya. Amy mengatakan bahwa Christian keluar dari semak-semak dan berteriak kepadanya, sedangkan Christian mengatakan jika ia sangat tenang saat memberi tahu Amy untuk mengikat anjingnya atau membawanya ke area lain. Namun, Amy menolak karena menurutnya itu terlalu berbahaya untuk anjingnya.
Di tengah perseteruan, Christian merekam momen Amy menelepon 911 dan mengatakan ada pria Afrika Amerika yang mengancam dia dan anjingnya. Video tersebut diunggah ke akun Facebook pribadi milik Christian yang kemudian viral.
Sejak video itu menyebar luas, Amy mengatakan kepada CNN US bahwa hidupnya mulai berantakan. Anjingnya telah diserahkan kembali ke tempat penampungan adopsi dan dia sudah dipecat dari pekerjaannya hari Selasa kemarin.
Kejadian rasisme yang berujung nahas lainnya dilakukan oleh empat orang polisi Minneapolis dengan korban seorang pria berkulit hitam berusia 46 tahun bernama George Floyd. Keempat polisi itu kabarnya sedang menanggapi dugaan pemalsuan pada Senin sore tanggal 25 Mei kemarin waktu setempat dan menemukan George mirip dengan ciri-ciri yang diberikan. Mereka mengatakan George memberontak saat keluar dari mobil, tapi hal ini tidak terbukti dari rekaman CCTV restoran di dekat tempat kejadian. Rekaman itu dibagikan oleh pengacara keluarga George, Benjamin Crump lewat akun Twitternya. Benjamin juga merupakan pengacara untuk keluarga Ahmaud Arbery.
Kejadian ini berlanjut lewat video yang viral dimana-mana karena disaksikan oleh banyak orang di tempat umum. Video yang beredar itu menunjukkan George sudah tengkurap menghadap aspal di dekat mobil polisi dengan salah seorang polisi berlutut di atas lehernya.
Pada video itu, George berusaha keras mengatakan bahwa dia tidak bisa bernapas, kesakitan, dan meminta polisi itu untuk melepaskannya. Orang-orang sudah berkerumun dan mengatakan bahwa mereka seharusnya melepaskan pria itu karena dia sudah diborgol dan jelas kesakitan, tapi mereka mengacuhkannya dan mengatakan dia baik-baik saja karena dia masih bisa berbicara. Kejadian ini berlangsung sekitar sembilan menit sampai akhirnya George tak bergerak lagi. Kerumunan berteriak meminta para polisi untuk memeriksa denyut nadinya tapi mereka tetap bergeming sampai ambulans datang. Sikap para petugas yang menaikkannya ke tandu pun terbilang kasar. Di perjalanan menuju rumah sakit, George dikabarkan meninggal dunia.
Selanjutnya diketahui polisi yang berlutut di atas leher George bernama Derek Chauvin. Kemudian tiga polisi lain yang tak menghentikan kejadian tragis itu bernama Thomas Lane, Tou Thao dan J. Alexander Kueng. Mereka sudah dipecat dari kepolisian dan sekarang FBI sedang menginvestigasi kasus ini. Baik keluarga dan masyarakat meminta mereka untuk dihukum atas kasus pembunuhan. Mereka adalah polisi, seharusnya mereka menolong masyarakat, tapi bahkan mereka menghiraukan permintaan tolong George yang jelas-jelas mengatakan dia tidak bisa bernapas.
Kejadian ini juga mengingatkan kita pada kasus Eric Garner yang terjadi pada 17 Juli 2014 silam. Sama dengan George, Eric juga pria berkulit hitam berumur 43 tahun saat itu yang tewas karena dicekik secara ilegal oleh polisi di pinggir jalan New York City. Kata-kata terakhirnya juga sama, “I can’t breathe” yang artinya “Saya tidak bisa bernapas”. Frasa ini dipakai oleh para demonstran yang meminta keadilan atas kematian Eric waktu itu dan George hari ini. Tagar #BlackLivesMatter dan #JusticeForGeorgeFloyd juga meramaikan media sosial.
Siniar VOI kali ini akan bercerita tentang kisah rasisme di AS yang tak pernah berhenti. Demonstrasi yang memperjuangkan pun, tak kunjung terwujudkan. Silakan tekan tombol dengarkan dan kami akan bercerita untuk Anda.