Soroti KDRT di Masyarakat, Megawati: Anak Dibunuh Orang Tuanya Sendiri, Why?
JAKARTA - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyoroti maraknya tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di tengah masyarakat.
Dia menyebut keluarga yang seharusnya saling berperan dan membangun tapi saat ini yang terjadi malah sebaliknya.
"Kalau lihat di TV sekarang, aduh saya sampai pusing kepala. Anak dibunuh orang tuanya sendiri, anak membunuh orang tuanya sendiri. Why? Why? Coba deh tolong dipikirkan," kata Megawati dalam webinar yang ditayangkan di YouTube Megawati Institute, Selasa, 29 Juni.
Dia juga menyinggung kekerasan rumah tangga yang kerap dilakukan oleh kepala keluarga. Menurutnya, laki-laki yang jadi kepala keluarga harusnya mengayomi istri dan anaknya.
Tapi yang terjadi saat ini, justru banyak suami melakukan tindak kekerasan kepada istri maupun anaknya.
"Bayangkan, kok mau ya digampar sama suami? Kalau saya sih enggak mau. Lah iya dong, dari sisi agama dikatakan kaum laki-laki adalah imamnya, imamnya. Imam is sesuatu yang harus, maksud saya, high class. Tapi kenapa kenyataannya tidak sekarang," ungkapnya.
Baca juga:
- Update COVID-19 per 29 Juni: Kasus Baru 20.467, Akumulasi 2.156.465 Kasus
- Kemenkes Tegaskan Vaksinasi Belum Jadi Syarat Layanan Administrasi dan Perjalanan
- Kemenkes Sebut Varian Delta 6 Kali Lebih Cepat Menular, Cuma Butuh Waktu 10-15 Detik
- Ngabalin Beri Pesan ke BEM UI, Singgung Intelektualitas dan Kritis yang Harus Pakai Data
Mega juga mengkritisi perempuan yang kadang menghambat kemajuan kaumnya sendiri. Padahal, perempuan harusnya bisa mendapatkan kesuksesan sama seperti dirinya saat membangun bangsa.
"Contoh saya, seorang perempuan bisa jadi presiden, wakil presiden, tiga kali DPR, ketua umum partai sampai sekarang. Yang sebenarnya kalian pun bisa," tegasnya.
Hanya saja, untuk mencapai kesuksesan, perempuan perlu dukungan dari pasangannya. "Nah, lakinya juga nurut dong," ungkapnya.
"Karena enggak mungkin kalau ada matahari, ada bulan. Kalau ada ibu ada bapak. Kalau ada istri ada suami," pungkas Megawati.