Penambahan Tempat Tidur Tidak Menyelesaikan Masalah Jika Masyarakat Masih Abai 3M, Satgas: Di Madura Mau Di-Swab Malah Ngajak Duel

JAKARTA - Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanaganan COVID-​19 Alexander Ginting menganggap penanganan pandemi bisa selesai hanya dengan menambah jumlah tempat tidur perawatan dan isolasi pasien COVID-19.

Menurut Alex, sebanyak apapun konversi tempat tidur pasien COVID-19, lonjakan kasus tak akan terkendali jika tak ada penyelesaian di sektor hulu.

"Belakangan, rumah sakit itu sudah ada yang 100 persen untuk Covid-19. Namun, berapapun dikonversi tempat tidur, ini tidak akan menjawab persoalan. Persoalan ini bisa diselesaikan kalau di sektor hulu itu bisa diselesaikan dengan baik," kata Alexander dalam diskusi Polemik Trijaya, Sabtu, 25 Juni.

Penanganan dari hulu ini, kata Alexander, sudah memiliki strategi yang baik. Mulai dari kewajiban menaati protokol kesehatan 3M, strategi 3T pemerintah, dan pelaksanaan vaksinasi.

Persoalannya, masih banyak masyarakat yang abai terhadap 3M. Alex mencontohkan, banyak masyrakat yang nekat melakukan mudik lebaran padahal pemerintah sudah melarang.

Lalu, muncul penolakan warga terhadap penyekatan dan pemeriksaan antigen di Jembatan Suramadu. Padahal, hal itu dilakukan demi menekan penyebaran COVID-19.

"Kita lihat di Jembatan Suramadu. Mereka dikasih swab yang gratis saja, bisa ngajak kita duel. Padahal itu kalau dihitung harganya bisa Rp80ribu per unit," ujar Alexander.

"Swab itu untuk melindungi istri dan anaknya di rumah atau kalau ibu-ibu untuk melindungi anak-anaknya, untuk mengetahui apakah dia sudah menular atau tidak," lanjutnya.

Lebih lanjut, Alexander mengaku sering menekankan kepada pemerintah daerah bahwa penerapan PPKM skala mikro harus membuat masyarakat menjadi subjek atas pengendalian pandemi.

"Dia harus memiliki persoalan yang ada. Sebab, ketika dia merasa sebagai objek, itu yang terjadi resistensi," tuturnya.