Amerika Serikat dalam Dilema antara Kegiatan Keagamaan atau Kesehatan

JAKARTA - Seseorang di California, Amerika Serikat (AS), diketahui terjangkit COVID-19 dan diperkirakan memaparkan virus tersebut ke 180 orang. Diketahui, ia sebelumnya melakukan layanan keagamaan pada Hari Ibu.

Dilansir dari CNN, Senin, 18 Mei, orang itu mendapat diagnosis positif COVID-19 sehari setelah melakukan pelayanan dan kini berada di ruang isolasi. Jemaat yang menghadiri layanan tersebut telah diberitahu tentang kemungkinan besar mereka terpapar virus corona.

Mereka diinstruksikan petugas kesehatan untuk melakukan karantina mandiri. Pejabat berwenang sedang berupaya melakukan pengujian untuk semua orang yang hadir pada pelayanan tersebut.

Insiden ini menyoroti tarik-menarik perang yang sedang berlangsung antara beberapa organisasi keagamaan dan pejabat publik ketika mereka bekerja untuk memperlambat penyebaran virus corona.

"Pada saat ini organisasi yang mengadakan layanan atau pertemuan secara pribadi menempatkan kesehatan dan keselamatan jemaat mereka, masyarakat umum dan kemampuan lokal kami pada risiko besar," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Butte County Danette York, yang memohon setiap orang untuk mematuhi upaya mitigasi.

Perintah tinggal di rumah yang dilakukan oleh Gubernur California Gavin Newsom juga termasuk melarang pertemuan apa pun dan telah diberlakukan sejak Maret. Sementara, AS telah mencabut beberapa pembatasan dan melakukan pembukaan kembali secara bertahap. Pertemuan-pertemuan keagamaan tetap dilarang sampai tahap berikutnya.

Kegiatan agama atau kesehatan

Ketidaksepakatan tentang apakah kelompok agama harus diizinkan untuk melakukan pertemuan di tengah pandemi menyebabkan beberapa pertikaian hukum antara para pemimpin agama dan pejabat publik yang menyatakan keprihatinan bahwa layanan keagamaan dapat memperburuk masalah virus.

Dalam satu kasus di Sacramento County bulan lalu, 71 orang yang terhubung dengan satu gereja kemudian terinfeksi dengan COVID-19. Tiga pendeta dan seorang anggota gereja menggugat Gubernur Newsom dan pejabat lainnya yang mengklaim bahwa perintah mereka melakukan penyalahgunaan kekuasaan dan merampas "hak-hak dasar" California yang dijamin oleh AS dan konstitusi negara, termasuk kebebasan beragama.

Seorang hakim di North Carolina mengeluarkan putusan yang memungkinkan sementara layanan ibadah dalam ruangan untuk dilakukan. Hal tersebut diberlakukan setelah gugatan karena membantah perintah eksekutif Gubernur North Carolina Roy Cooper dianggap melanggar hak konstitusional.

Sementara North Carolina mulai melonggarkan pembatasan kegiatan di bawah rencana pembukaan kembali tiga fase mulai 8 Mei. Pada fase pertama, pertemuan dibatasi hingga 10 orang, termasuk layanan dalam ruangan. Tidak akan ada batasan pada layanan ibadah di luar ruangan tetapi peserta harus mengikuti aturan physical distancing sebanyak mungkin.

Sidang dalam kasus ini dijadwalkan 29 Mei, tetapi pihak Cooper mengatakan tidak akan mengajukan banding atas keputusan tersebut.

Hakim Pengadilan di daerah AS lainnya minggu ini menolak permintaan Pastor di Louisiana, Tony Spell, untuk perintah penahanan sementara yang akan melindunginya dari ditangkap atau didenda karena terus mengadakan pelayanan.

Spell berulang kali melanggar perintah dengan mengadakan kebaktian dan menolak membatasi jumlah jemaat, tidak mempraktikkan jarak sosial, dan tidak menyarankan pengunjung gereja memakai masker. Pada Maret, pihak kepolisian Baton Rouge mengganjar Spell dengan enam tuduhan melanggar perintah Gubernur John Bel Edwards.