Kasus COVID-19 Menggila, Faisal Basri: Pak Presiden Jangan Lagi Bicara Rem dan Gas
JAKARTA - Kasus COVID-19 di Tanah Air terus melonjak drastis dalam satu pekan ini. Ekonom senior Faisal Basri meminta pemerintah untuk tidak lagi melakukan gas dalam pengendalian kasus aktif COVID-19 yang juga terkait ekonomi.
Saat ini, kata Faisal, yang perlu dilakukan adalah menginjak pedal rem atau lockdown. Menurut Faisal, seharusnya sebelum kasus menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, pemerintah mengambil langkah melakukan lockdown di DKI Jakarta, yang saat itu menjadi episentrum penyebaran COVID-19.
Faisal mengatakan jika persoalan pandemi diselesaikan dengan pendekatan ilmu kesehatan, ongkos pemulihan yang ditanggung negara akan lebih murah ketimbang saat ini. Sementara, menurut Faisal, logika pemerintah justru masih terbalik.
Namun kata Faisal, Indonesia belum terlambat untuk menangani krisis ini. Seperti negara-negara lain, Indonesia bisa melakukan kebijakan lockdown selama dua pekan agar angka kasus positif COVID-19 yang melonjak pasca-Idul Fitri 2021 bisa ditekan.
"Saya rasa ayo kita belum terlambat untuk kembali ke relnya, Pak Presiden tolong jangan lagi bicara rem, gas, rem, gas. Rem yang paling ampuh sekarang ya lockdown, tapi tidak akan dilakukan. Jadi sebetulnya bukan rem gas, rem gas tapi sebenarnya gas gas ekonomi," ujarnya dalam diskusi virtual, Minggu, 20 Juni.
Terkait kebutuhan anggaran selama kebijakan penanganan kesehatan, kata Fasial, menteri-menteri ekonomi yang bertugas memikirkannya. Sebab, menteri bidang ekonomi memang bertugas untuk mencari dana.
"Urusan menteri-menteri ekonomi adalah mencari uang, kalau perlu mencari utang nggak apa-apa, untuk menyelesaikan ini semua. Karena utang ini akan cepat dibayar kalau recovery-nya cepat terjadi. Jadi percayalah bahwa ongkos akan semakin mahal kalau krisis kesehatannya tidak diselesaikan secara tuntas," tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis tambahan kasus positif COVID-19 terbaru per hari ini Minggu, 20 Juni. Total kasus kumulatif berjumlah 1.989.909 orang sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret. Sedangkan, kasus baru per hari ini mencapai 13.737 orang.
Baca juga:
- Anggota DPR F-PDIP Pertanyakan Mengapa Anies Baswedan Tak Tarik Rem Darurat Atasi COVID-19
- Survei SMRC Membuktikan, Mayoritas Warga Tolak Jokowi Maju Pilpres 2024
- Update COVID-19 per 20 Juni: Kasus Baru 13.373, Tertinggi di DKI Jakarta 5.582 orang
- Bareng Raffi Ahmad dan Renatta Moeloek, Risma Motivasi Pemulung hingga Anak Jalanan Bekasi
Sementara kasus sembuh pada hari ini bertambah 6.385 orang, sehingga totalnya ada 1.972.528 orang sembuh. Sedangkan, kasus konfirmasi positif yang meninggal bertambah 371 orang dan totalnya 54.662 orang.
Ada pun, provinsi dengan kasus baru terbanyak berada di DKI Jakarta dengan 5.582 kasus baru dan total 474.029 kasus. DKI menjadi provinsi dengan kasus COVID-19 terbanyak se-Indonesia. Disusul oleh provinsi Jawa Tengah 2.195 dan total kasus kumulatifnya mencapai 227.148.
Kemudian, Jawa Barat 2.009 kasus baru, dengan total kasus mencapai 344.568. Jawa Timur dengan 739 kasus baru dan totalnya mencapai 163.548 kasus. Disusul DI Yogyakarta dengan pertambahan kasus 665 dan total kasusnya mencapai 52.641.