PB IDI Belum Terima Kasus COVID-19 Menurun 11 Persen, Tunggu Dua Minggu Lagi
JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menilai, pernyataan terkait penurunan jumlah kasus baru COVID-19 masih terlalu dini. Menurut mereka, saat ini belum bisa disimpulkan demikian.
Sebab, jumlah dan jangkauan pemeriksaan untuk mengkonfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia masih sangat rendah. Maka dari itu, data yang ada saat ini belum cukup menggambarkan kondisi nyata di tengah masyarakat.
“Untuk saat ini masih terlalu dini mengatakan bahwa penularan telah melambat atau menurun,” kata Humas PB IDI Halik Malik kepada VOI melalui pesan singkat, Senin 4 Mei.
Apalagi, kata dia, pengujian spesimen melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR) masih jauh dari angka target minimal, yaitu 10 ribu pemeriksaan. Pengujian setiap harinya baru bisa 6 ribu sampai 7 ribu.
Nah, dengan begitu, teralu dini data itu disuguhkan kepada masyarakat. Menurutnya, angka penurunan baru bisa disajikan sekitar beberapa minggu mendatang, ketika kapasitas pengujian PCR sudah makin bertambah.
“Kita coba lihat lagi satu sampai dua minggu ke depan,” ungkap Malik.
Selain memastikan uji sampel dilaksanakan sebanyak-banyaknya, pemerintah juga harus memastikan untuk menyajikan data secara transparan. Apalagi, data ini berguna untuk kepentingan monitoring serta evaluasi dalam pengambilan kebijakan dan keputusan melawan COVID-19.
Sementara terkait PSBB yang diklaim menjadi cara efektif dalam mengurangi penyebaran virus ini, Malik mengatakan, harus ada paramater yang jelas di tiap kota dan kabupaten yang melaksanakannya.
“Sehingga efektivitas dan dampaknya bisa lebih terukur,” ujarnya.
Namun, terkait masih minimnya pemeriksaan spesimen karena kekurangan sumber daya manusia, dan pemerintah meminta PD IDI ikut andil, dia tidak bisa menjawab gambalang, Hanya saja, sesuai imbauan PB IDI jika tenaga para dokter dibutuhkan tentu mereka akan membantu.
“Sejauh ini, imbauan PB IDI seluruh dokter siap kapan saja untuk dilibatkan,” tutupnya.
Baca juga:
Klaim Kasus Baru Turun 11 Persen
Adapun sebelumnya pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengklaim, di Indonesia mengalami penurunan kasus baru hingga 11 persen. Hal itu disampaikan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo, usai melaksanakan rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri, melalui konferensi pers, Penurunan itu, karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah.
“Kami jelaskan bahwa laju kasus baru mengalami penurunan sampai 11 persen tetapi hal ini bukan berarti kita menjadi lengah,” ungkapnya dalam konferensi pers yang ditayangkan oleh akun YouTube Sekretariat Kabinet, Senin, 4 Mei.
Namun, dia tak menampik adanya tren peningkatan jumlah orang dalam pengawasan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Hal ini juga terbukti dengan data penyebaran COVID-19 pada sore harinya. Pada Senin, 4 Mei jumlah kasus positif bertambah sebanyak 395 orang dan jika diakumulasi maka totalnya mencapai 11.587 orang.
Untuk orang dalam pengawasan jumlahnya bertambah mencapai 1.809 orang dengan total akumulasi mencapai 238.178 orang. Sedangkan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) ada penambahan sebanyak 890 pasien dengan total akumulasi mencapai 24.020 orang.
Dalam konferensi persnya, Doni mengakui meski ada tren mendatar dan cenderung turun tapi jumlah ODP maupun PDP di Indonesia terus bertambah. Apa alasannya, dia mengaku belum bisa memastikannya.