Perusahaan Tambang Milik Konglomerat Aburizal Bakrie Ini Labanya Melesat 880 Persen di Kuartal I 2021

JAKARTA - Perusahaan tambang dari Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk berhasil membukukan peningkatan kinerja yang signifikan pada kuartal I 2021. Hal itu tercermin dari perolehan laba bersih emiten bersandi BRMS yang melejit hingga ratusan persen.

Dikutip dari laporan keuangan BRMS yang dipublikasikan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu 12 Mei, perusahaan milik konglomerat Aburizal Bakrie ini mencatatkan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 1,61 juta dolar AS pada kuartal I 2021. Perolehan itu melesat tinggi 880,41 persen dibandingkan dengan laba 165.057 dolar AS yang didapatkan perseroan pada kuartal I2020.

Pertumbuhan laba itu didukung kenaikan 37,13 persen pada pos pendapatan menjadi 1,35 juta dolar AS dibandingkan dengan 991.860 dolar AS pada kuartal I 2020. Selain itu, BRMS juga mencatatkan pendapatan lain-lain sebesar 2,02 juta dolar AS.

Adapun, BRMS mengungkapkan bahwa pendapatan lain-lain itu terdiri atas penghapusan utang dan penilaian persediaan. Jika dirinci, penghapusan utang itu merupakan pendapatan yang dicatatkan karena adanya efisiensi dan penghematan biaya oleh perseroan yang terjadi karena pelunasan tagihan kepada para kontraktor yang lebih kecil dari estimasi biaya sebelumnya.

Sementara itu, penilaian persediaan merupakan pendapatan yang berasal dari tambahan persediaan bijih (ore stock pile) yang ditinggalkan oleh para penambang liar (Penambangan Tanpa Izin / PETI) sebelumnya. Dari sisi produksi, volume produksi dore bullion dan emas melejit menjadi masing-masing 50 kg dari sebelumnya 5 kg dan 24 kg dari sebelumnya 2 kg.

CEO dan Direktur Utama Bumi Resources Minerals Suseno Kramadibrata mengatakan, terlepas dari peningkatan kinerja keuangan dan produksi yang dicatatkan pada kuartal I 2021, sesungguhnya perseroan mampu membukukan pencapaian yang lebih baik. Dia menjelaskan, pendapatan kuartal I 2021 itu belum termasuk dari jasa konsultasi penambangan, sehingga 100 persen pendapatan berasal dari produksi dan penjualan emas.

Selain itu, kondisi pandemi global telah menyebabkan keterlambatan pengiriman beberapa suku cadang dari China untuk perawatan berkala fasilitas pabrik yang ada saat ini di Poboya, Palu. Oleh karena itu, pabrik BRMS terpaksa beroperasi hanya dengan kapasitas sebesar 70 persen di semester pertama 2021.

Namun demikian, beberapa suku cadang yang dibutuhkan tersebut kini telah tiba dan telah terpasang di pabrik terkait. Perseroan berharap dapat mengoperasikan pabrik yang ada saat ini dengan kapasitas penuh pada Mei dan Juni 2021.

Di sisi lain, BRMS akan meningkatkan produksi emas secara signifikan pada kuartal II 2022 seiring dengan rampungnya pabrik kedua perseroan di Poboya, Palu dengan kapasitas untuk mengolah sampai dengan 4.000 ton bijih per harinya. 

"Kenaikan produksi emas ini akan berdampak positif terhadap pendapatan dan laba BRMS di tahun depan," ujar Suseno.