Masalah Regulator AS Selesai, Ripple Bakal Go Public
JAKARTA – Ripple (XRP) yang tengah mengahadapi gugatan hukum dari Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) bersikeras untuk menjadikan perusahaannya sebagai perusahaan publik.
Informasi tersebut disampaikan oleh CEO SBI Group, Yoshitaka Kitao. Menurutnya Ripple tidak akn menyerah untuk mewujudkan keinginannya meskipun ada halangan dari regulator AS.
Ripple akan segera menjadi perusahaan publik jika masalah hukum yang dihadapinya itu sudah diselesaikan. Kitao memaparkan bahwa sang CEO Ripple, Brad Garlinghouse bersama Chris Larsen selaku ketua eksekutif bermaksud membuat Ripple jadi go public.
“Setelah gugatan ini, Ripple akan go public. CEO saat ini ingin melakukan itu. Chris ingin melakukan itu,” kata Kitao.
Melansir Coindesk pada Jumat 30 April, Kitao mengatakan bahwa investasi SBI di XRP akan segera terbayar. Saat ini SBI merupakan pemegang saham Ripple terbesar dari luar.
Kitao menambahkan bahwa perusahaan lain yang didukung oleh SBI juga akan mengikuti Ripple, menjadi perusahaan publik.
Baca juga:
“Kami berinvestasi di perusahaan fintech dan kami mengadopsi teknologi itu di grup kami dan juga kami menyebarkan teknologi itu ke seluruh industri. Itu strategi dasar SBI Group,”ungkap Kitao.
Garlingouse berencana membuka penawaran saham perdana (IPO) Ripple sejak tahun lalu. Dia juga mengatakan bahwa IPO akan semakin lazim di indutri kripto.
“Dalam 12 bulan ke depan, Anda akan melihat IPO di ruang crypto atau blockchain. Kami tidak akan menjadi yang pertama dan kami tidak akan menjadi yang terakhir, tetapi saya berharap kami berada di sisi terdepan. Ini adalah evolusi alami bagi perusahaan kami,” tambahnya.
Berdasarkan laporan Cointelegraph, SEC melayangkan gugatan pada Ripple Labs pada Desember 2020 lalu. SEC menuding XRP tidak mendaftarkan aset kriptonya untuk diperdagangkan senilai 1,3 miliar dolar AS.
Ripple Labs berhasil mendapat kemenangan hukum atas gugatan SEC itu. Hal ini menimbulkan harapan bagi para investor sehingga bisa mendorong harga XRP ke level lebih tinggi dari 1,4 dolar AS yang belum terlihat sejak Januari 2018 lalu.