Swiss Jadi Negara Pendatang yang Masuk 5 Besar Daftar Investor Terbesar di Indonesia
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membukukan realisasi investasi sebesar Rp219,7 triliun pada kuartal I 2021, naik 2,3 persen quarter to quarter dan 4,3 persen secara tahunan atau year on year.
Dari realisasi investasi tersebut, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) naik signifikan menjadi Rp111,7 triliun dari Rp98 triliun di tahun lalu.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Singapura yang merupakan negara hub bagi investor asing, masih menjadi negara asal terbesar realisasi investasi PMA yaitu 2,6 miliar dolar AS dari 3.634 proyek. Posisi kedua ditempati oleh China realisasinya senilai 1,0 miliar dolar AS dengan 813 proyek.
Sedangkan di posisi ketiga ada Korea Selatan dengan nilai investasi 900 juta dolar AS dari 1.220 proyek dalam tiga bulan pertama pada tahun ini. Lalu, ada Hongkong senilai 800 juta dolar AS dari 572 proyek. Pendatang baru di lima besar yaitu Swiss sebesar 500 juta dolar AS dari 118 proyek.
Sementara Jepang yang digeser Korea Selatan, kini berada di posisi ketujuh dengan nilai investasi 322,7 juta dolar AS dari 2.032 proyek. Bahlil mengaku tidak tahu menahu alasan rendahnya investasi Jepang di tanah air pada kuartal I ini. Hal ini menurutnya perlu didalami lebih lanjut.
"Jadi kalau ditanya kenapa? Ini perlu waktu untuk saya dalami, atau mungkin di kuartal I investasi mereka belum terlalu digenjot, tapi mungkin di kuartal II, kuartal III atau kuartal IV baru bisa mereka melakukan genjot," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 26 April.
Menurut Bahlil, kondisi pandemi COVID-19 memang membuat masing-masing negara dan perusahaan perlu melakukan strategi investasi yang berbeda-beda sesuai kondisi mereka. Namun, Bahlil menekankan Indonesia tidak membeda-bedakan perlakuan dan layanan investasi dari masing-masing negara, sehingga tidak ada yang terlalu digenjot maupun terlalu dibiarkan.
"Artinya semua orang, semua negara punya kesempatan yang sama. Secara kebetulan mungkin kali ini Korea Selatan dan Swiss, daya dorongnya lebih paten punya. Tapi bukan berarti juga yang selama ini sudah ada di lima besar, lalu itu-itu saja, ini dinamis," ucapnya.
Baca juga:
- Direktur Kuntjoro Pinardi Mundur dari PT PAL: Saya Tidak Terima Dituding sebagai Pendukung ISIS dan HTI
- Anak Konglomerat Aburizal Bakrie: Bos-Bos Perusahaan Harus Fokus Bayar THR Karyawan
- Insentif Perpajakan Tembus Rp14,9 Triliun Sepanjang Kuartal I 2021
- Prabowo Mau Beli Jet Tempur F-35, Pengamat Militer: Mau Dipakai ke Mana?
Bahlil mengatakan Swiss membuka sejarah baru pada realisasi investasi kuartal I 2021 ini. Sebab, kata dia, sebelumnya negara dari kawasan Eropa itu tak pernah masuk lima besar alias top 5 sebagai negara asal investasi asing di Indonesia.
"Swiss ini tidak pernah terjadi, kalau saya baca, sejak pascareformasi, tidak pernah Swiss itu masuk lima besar, tapi kali ini dia nongol ke lima besar. Ini seperti pemain bola juga ini Swiss," jelasnya.
Ada pun aliran investasi Swiss mengalir ke industri makanan dan minuman, lalu diikuti kehutanan, perdagangan, dan reparasi, perikanan, dan industri lainnya.
"Ini saya pikir mulai bergairah, harapannya bisa mempengaruhi persepsi dunia, khususnya Eropa lewat Swiss dan Belanda," katanya.
Sementara terkait meningkatnya posisi Korea Selatan dalam daftar negara investor asing terbesar di Indonesia, Bahlil mengatakan, hal tersebut ditopang oleh investasi mobil listrik yang dilakukan oleh Hyundai Motor. Rencananya, perusahaan akan memproduksi mobil listrik dengan investasi mencapai 1,5 miliar dolar AS.
"Salah satu di antaranya adalah pembangunan pabrik Hyundai yang pada 2022 di Maret-April itu mobil listrik insyaallah sudah bisa kami produksi," jelasnya.
Saat ini, sambungnya, realisasi investasi dari Hyundai sudah sekitar Rp13 triliun sampai Rp15 triliun dari total rencana investasi. "Ini menunjukkan kinerja perusahaan dari Korea dengan beberapa perusahaan lain pun berjalan dengan baik," tuturnya.