Siapakah KH Hasyim Asy'ari? Film Sang Kiai Visualkan Perjuangannya Merebut Kemerdekaan Indonesia

JAKARTA - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Kamus Sejarah Indonesia Jilid I. Kamus ini menjadi perhatian karena menghilangkan nama pendiri Nahdatul Ulama (NU) Kiai Haji Hasyim Asy'ari. Sebaliknya, nama tokoh komunis seperti DN Aidit dan Darsono Notosudirjo justru ada dalam kamus. 

Lantas, bagaimana sebenarnya sepak terjang KH Hasyim Asy'ari yang membuatnya mendapat gelar pahlawan? Apa yang membuat sosok Kakek Gus Dur ini harus terus dihormarti dan dikenang? Cuplikan perjuangannya sudah divisualkan dalam film Sang Kiai. 

Film kolosal yang mengangkat kisah perjuangan ulama kharismatik pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari ini dirilis tahun 2013. Hasyim menjadi tokoh kunci dalam menggerakan santri-santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Film karya Rako Prijanto ini juga mengangkat peran dan perjuangan para Kiai di era 1942 sampai 1947 lewat Resolusi Jihad-nya serta perjuangan orang-orang di sekitarnya. K.H. Wahid Hasyim, putra Sang Kiai, bersama-sama dengan para santri, yang dikomandoi oleh Harun berusaha mencari jalan keluar dengan caranya masing-masing untuk membebaskan Sang Kiai dari tangkapan serdadu Jepang.

Cara diplomasi yang dijalankan putra Sang Kiai ternyata sangat berbeda dengan Harun yang lebih memilih cara emosional anak muda yang berapi-api. Tekad yang kuat membela agama dan bangsa yang dicabik-cabik penjajah mendorong Harun bersama dua sahabatnya, Hamzah dan Abdi berjuang sampai ke Surabaya.

Dalam film Sang Kiai, digambarkan KH Hasyim Asy’ari harus terkurung di penjara demi keyakinannya. Setelah bebas, KH Hasyim Asy’ari membantu perjuangan Indonesia lewat pemikiran-pemikiran serta ajaran-ajarannya. 

Berjuang demi kepentingan umat melalui jalan diplomasi. KH Hasyim Asy’ari masuk dalam organisasi bentukan Jepang, sekaligus menjadi ketuanya untuk memperjuangkan kemerdekaan.