Nelayan Sebut Pagar Laut Tangerang Proyek PSN Milik Agung Sedayu Grup
TANGERANG – Heru, salah satu nelayan di Pulau Cangkir, Kronjo, Kabupaten Tangerang mengungkapkan bahwa pagar kayu sepanjang 30 kilometer (km) yang terpasang di tengah laut bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Agung Sedayu Grup.
Informasi tersebut didapat Heru setelah ia bertanyak kepada salah satu tukang yang memasang pagar.
“Kata tukang yang pasang pagar. Mereka ngomong itu, untuk PSN. Iya untuk PSN gitu, Agung Sedayu Grup, PSN Agung Sedayu,” ucap Heru saat ditemui VOI, Kamis, 9 Januari 2025.
Masih dijelaskan Heru, para tukang yang memasang pagar adalah nelayan Ketapang, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang.
Namun Heru memastikan bila warga di sekitar tempat tinggal Heru, tidak ada yang ikut memasang pagar di laut Tangerang, yang kini sedang polemic. Sebab, masih kata Heru, warga menolak adanya pagar-pagar tersebut.
“Yang masang ya, kalau nggak salah para nelayan dari Ketapang mau. Kalau warga sini tidak ada yang mau,” jelasnya.
Heru pun menceritakan bagaimana dirinya bercakap dengan nelayan pemasang pagar di laut Tangerang itu.
"Buat apa bang?," tanya Heru kepada tukang yang memasang pagar.
"Mau masang pagar," jawab si tukang
"Sett...gede kali bosnya. Laut di pagar-pagar. Dari mana memang bang yang nyuruh? " tanya Heru kepada tukang pasang pagar di laut Tangerang.
"Agung Sedayu Grup," ucap si tukang.
Tim VOI berusaha menghubungi dua nomor handphone pihak Agung Sedayu Grup untuk mengkonfirmasi, namun dua nomor yang dihubungi tidak merespon.
Baca juga:
Sebelumnya, pemagaran bambu sepanjang 30 Km membentang dari Pakuhaji hingga Pulau Cangkir, Kronjo, di laut Kabupaten Tangerang. Hal ini pun berdampak pada ekosistem alam dan alur air hingga membuat para nelayan kesulitan mencari ikan.
Pantauan VOI dari Pulau Cangkir, Kamis sore, 9 Januari, pukul 15.25 WIB, terlihat bambu setinggi 6 meter membentuk pagar di lautan Kabupaten Tangerang.
Ada juga pagar yang dibentuk seperti jembatan yang terbuat dari kayu dibalut warna hitam dan dapat dipijak.
Udin, salah satu nelayan laut Tangerang, mengaku melihat bambu-bambu pagar itu pada November 2024. Katanya, pagar itu dibuat oleh banyak orang berjumlah puluhan. Namun, ketika itu dirinya hanya bisa melihat dan tidak dapat berbuat apa-apa.
“Yang bikin puluhan orang ada. Tapi tidak ada polisi sama TNI-nya. Pas itu cuma ngeliatin saja. Mau ngapain bingung,” kata Udin saat ditemui di lokasi, Kamis, 9 Januari.
Udin mengaku merasa terganggu dengan adanya pagar bambu di Pulau Cangkir.
“Jadi susah, pas masang jaring narik, ada bambu-bambu jadi susah,” ujarnya.