Presiden Jokowi Imbau Anak Sekolah Jangan Boros Gunakan KIP dalam Memori Hari Ini, 8 Januari 2017
JAKARTA – Memori hari ini, delapan tahun yang lalu, 8 Januari 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau anak sekolah gunakan tunjungan Kartu Indonesia Pintar (KIP) jangan boros-boros. Penggunaannya hanya untuk keperluan sekolah.
Uang dari KIP bisa dibelanjakan untuk beli seragam, buku, dan lain-lain. Jokowi tak ingin uang KIP digunakan untuk beli pulsa. Sebelumnya, pemerintahan Jokowi mengandalkan KIP untuk membantu pendidikan siswa dari keluarga kurang mampu. KIP pertama kali diluncurkan pada 2014.
Jokowi kerap menggunakan ajian kartu sakti dalam tiap gelaran kampanyenya. Ragam kartu sakti pernah jadi ajiannya kala kampanye Gubernur DKI Jakarta. Ia pun merealisasikan janji kampanye yang kemudian dikenal sebagai Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk pemerataan akses pendidikan.
Solusi yang sama coba diberikan Jokowi kala dirinya kampanye sebagai capres dalam Pilpres 2014. Ia mengandalkan KIP. Ia menganggap KIP sebagai bentuk program bantuan pendidikan dari pemerintah untuk anak-anak tak mampu.
Jokowi memandang KIP jadi ajiannya dalam membuka akses pendidikan yang luas bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Artinya Jokowi mencoba menembus batas dan menghilangkan anggapan bahwa pendidikan hanya diakses kaum kaya saja.
Alhasil, KIP diluncurkan pada tahun 2014. Peluncurannya diwarnai berbagai macam masalah. Kondisi itu terjadi karena program KIP belum matang benar. Banyak penyaluran dana yang tak tetap sasaran. Mereka yang tak berhak menerima KIP justru mendapatkannya.
Belum lagi mereka yang seharusnya berhak mendapatkan KIP belum menerimanya. Fisiknya saja tak diketahui bagaimana bentuknya. Ada juga masalah lain berubah nama asli dan nama di KIP berbeda. Masalah berupa KIP tak disertai dengan akun virtual juga bejibun.
Namun, perlahan-lahan distribusi KIP segera diperbaiki. Empunya kuasa mulai mematangkan banyak hal supaya siswa dari keluarga kurang mampu dapat mengakses manfaat KIP.
"Itu kan harus sampai ke tangan siswa di sekolah. Itu yang belum, belum banyak. Ada yang seperti itu. Tapi ya itu kan biasa. Namanya juga 17,9 juta anak (target KIP per tahun), jadi yang kayak gitu biasa.”
"Tidak, tidak besarlah. Kami hanya perlu mengefektifkan saja, bisa kami atasi. Kami sedang mempercepat distribusi KIP sesuai instruksi Presiden. Mudah-mudahan akhir tahun sudah selesai," ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy sebagaimana dikutip laman kompas.com, 16 Agustus 2016.
Baca juga:
- Sejarah Makanan Gratis Indonesia: Siasat Soeharto dan Orde Baru Tingkatkan Standar Gizi Anak Sekolah
- PSI Sebut Prabowo Subianto Tukang Bohong Terlebay dalam Memori Hari Ini, 7 Januari 2019
- Memori Bunda Teresa Dapat Medal of Freedom dari Amerika Serikat
- Ahok Gelorakan Penukaran Bajaj Butut ke Bajaj Listrik dalam Memori Hari Ini, 6 Januari 2015
Permasalahan KIP tak cuma dirasakan Kemendikbud saja. Presiden Jokowi pun mengikuti perkembangan dari KIP. Ia mendapatkan laporan bagaimana dana KIP digunakan bukan untuk seharusnya. Alih-alih KIP digunakan untuk membeli perlengkapan belajar, dananya justru digunakan untuk hal lain.
Jokowi menemukan contoh kasus KIP justru ambil untuk beli pulsa. Bahkan, dana KIP langsung diambil seluruhnya. Kondisi itu membuat Jokowi angkat bicara pada 8 Januari 2017. Jokowi mengimbau siswa untuk menggunakan KIP dalam membeli keperluan sekolah, dan sisanya untuk menabung.
Jokowi ingin siswa penerima dana KIP untuk jangan boros-boros. Jokowi juga tak ingin uang KIP digunakan untuk beli pulsa atau keperluan lain di luar sekolah. Sanksinya Pemerintah akan KIP yang bersangkutan.
“Saya titip betul-betul dipakai untuk keperluan yang berhubungan dengan sekolah, beli buku, beli sepatu, beli seragam, beli tas. Jangan dipakai untuk beli pulsa. Diambil Rp25 ribu dulu, ya kan. Nanti bulan kedua Rp50 ribu, nanti akhir tahun sisa. Jangan ada yang boros-boros,” pesan Presiden Jokowi sebagaimana dikutip laman Sekretariat Negara, 8 Januari 2017.