Sudah Lampaui Target, Begini Kelanjutan Program BBM Satu Harga Tahun Depan
AMBON - Program BBM Satu Harga diketahui telah mencapai seluruh target pembangunan penyalur BBM Satu Harga sebanyak 583 titik sejak tahun 2017 hingga 2024.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Erika Retnowati melaporkan pembangunan penyalur BBM Satu Harga Tahun 2024 sesuai dengan rencana kerja pemerintah tahun 2024 yaitu sebanyak 71 penyalur.
"BPH Migas secara konsisten sejak tahun 2017 mengawal pelaksanaan pembangunan penyalur BBM Satu Harga agar target tersebut dapat tercapai," ujar Erika yang dikutip Kamis,19 Desember.
Erika menambahkan, Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 tahun 2016 mengamanatkan BPH Migas untuk mengawal pelaksanaan program BBM Satu Harga sejak tahun 2017, melalui penugasan terhadap Badan Usaha Penerima Penugasan untuk melaksanakan pembangunan penyalur BBM Satu Harga pada lokasi tertentu yang telah ditetapkan.
Terkait kelanjutan program ini di tahun 2025, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil lahadalia mengatakan belum ada keputusan terkait kelanjutan program ini dan baru akan diumumkan pada tahun 2025.
"Ya tahun depan baru kita umumkan. Tetap samalah berapa harga di kota itu yang kita target. Tinggal titik titiknya aja yang disampaikan BPH," ujar Bahlil.
Baca juga:
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan, pihaknya masih mengoordinasikan dengan pemerintah terkait kelanjutan program BBM satu harga ini.
Dirinya berharap Pertamina Patra Niaga masih mendapat penugasan untuk menyalurkan BBM Satu Harga ke seluruh pelosok Indonesia.
"Kami masih koordinasi untuk kelanjutannya seperti apa di tahun-tahun mendatang. Besar harapan kami masih diberi kesempatan untuk berkontribusi," kata Riva.
Riva mengatakan program ini masih dibahas oleh pemerintah sehingga dirinya belum bisa memberikan kepastian terkait kelanjutannya. Jika dilanjutkan, Riva bilang wilayah cakupan BBM Satu Harga akan semakin diperluas dengan fokus pada wilayah Kalimantan dan Timur Indonesia.
"Kalau dilihat sebarannya yang terfokus kan pasti Kalimantan dan wilayah timur atau Sumatra bagian ujung. Kalau Jawa kan sudah ter-cover lah. Kalau lihat dari historical, sebarannya mungkin di area-area sana," tandas Riva.