Menlu Turki Fidan Tepis Klaim Donald Trump Terkait Masa Depan Suriah
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Hakan Fidan menolak klaim Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengenai masa depan Turki setelah tumbangnya Presiden Bashar al-Assad, menekankan perasaan rakyat Suriah.
Trump mengatakan Turki akan memegang kunci di Suriah, seiring dengan keberhasilan kelompok pemberontak menjatuhkan Presiden Assad pada 8 Desember lalu, menyoroti dukungan Ankara terhadap kelompok pemberontak yang disebutnya 'pengambilalihan'.
"Kami tidak akan menyebutnya pengambilalihan, karena akan menjadi kesalahan besar untuk menyajikan apa yang telah terjadi di Suriah dengan istilah tersebut," kata Menlu Fidan dalam wawancara dengan Al Jazeera, melansir Daily Sabah 19 Desember.
"Bagi rakyat Suriah, itu bukan pengambilalihan. Saya pikir jika ada pengambilalihan, itu adalah keinginan rakyat Suriah yang mengambil alih sekarang," tandasnya.
Menlu Fidan juga memperingatkan, budaya dominasi telah menghancurkan kawasan itu, mengatakan yang terpenting adalah kerja sama, bukan dominasi.
Diberitakan sebelumnya, Trump mengatakan Turki akan memegang kunci usai tumbangnya Presiden Bashar al-Assad, mengakhiri lima dekade kekuasaannya.
Dalam pernyataan pertamanya tentang bagaimana ia memandang peran Turki di Suriah pascakonflik, Trump memuji apa yang ia gambarkan sebagai "kekuatan militer utama" Turki yang menurutnya "belum lelah karena perang."
Dengan mendukung para pemberontak, "Turki melakukan pengambilalihan yang tidak bersahabat tanpa banyak nyawa melayang," ujar Trump dalam konferensi pers di kediamannya di Palm Beach, Florida, melansir Reuters.
"Saat ini, Suriah memiliki banyak, Anda tahu, ada banyak ketidakpastian. Saya rasa Turki akan memegang kunci Suriah," kata Trump.
Baca juga:
- Mediator Arab - AS Upayakan Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera di Gaza Segera Disepakati
- Israel Selidiki Tuduhan Pelanggaran oleh Komandan Pasukan di Medan Perang: Pertaruhkan Nyawa Anak Buah
- PBB Sebut Israel Masih Menolak Upaya Pengiriman Bantuan ke Jalur Gaza Utara
- Puluhan Tentara Korsel yang Terkait Darurat Militer Berisiko Mengalami Masalah Kesehatan Mental
Turki, yang menguasai sebagian besar wilayah di Suriah utara setelah beberapa serangan lintas batas terhadap milisi YPG Kurdi Suriah, merupakan pendukung utama kelompok oposisi yang bertujuan untuk menggulingkan Presiden Assad, yang didukung oleh Iran dan Rusia, sejak pecahnya perang saudara pada tahun 2011.
Sejak Assad digulingkan, Washington dan Ankara telah mengadakan pembicaraan untuk melawan kebangkitan militan ISIS di Suriah. Negeri Paman Sam telah menempatkan sekitar 900 tentara di Suriah timur sebagai pertahanan terhadap militan.
"Mereka menginginkannya selama ribuan tahun, dan dia mendapatkannya, dan orang-orang yang masuk ke sana dikendalikan oleh Turki, dan itu tidak masalah," kata Trump, menyinggung masa lalu Turki di bawah kekuasaan Ottoman, yang mencakup kendali atas Suriah modern.