Megahnya Musik Rock Progresif di Tengah Kerumitan Komposisinya

JAKARTA - Musik rock progresif selalu istimewa. Meski bagi sebagian orang cukup rumit dicerna dan durasinya panjang-panjang, musik jenis ini selalu menampilkan kemegahan di setiap gelarannya. Khususnya dari ambience yang tercipta. 

Konser Musik Gagah #2 gawean komunitas Indonesia Maharddhika yang dihelat di Sallo Inyaan, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa, 26 November, malam kembali menampilkan kemegahan tersebut. Menghadirkan barisan musisi yang 90 persen sama dengan gelaran pertama di Titan Center, Bintaro sebulan sebelumnya, setiap lagu yang berkumandang begitu memesona.

Indonesia Maharddhika, Negeriku Cintaku, Fabel, Armageddon, Palestina dan Manusia Kera, Balada Sejuta Wajah, Cakrawala Senja Dirimu, Apatis, Persada Tercinta, Nangroe, Daun Daun Surga, Sangkakala, Musisi, Satria, Malaria, dan Laron Laron dibawakan secara bergantian oleh para musisi yang menjadi line-up acara ini.

Dan pastinya, barisan vokalis yang menembangkan setiap lagu merupakan nama-nama besar musik Indonesia yang mengawali karier musiknya di ranah progresif atau bahkan masih konsisten di genre ini hingga sekarang. Sebut saja; Keenan Nasution, Kadri Mohamad, Jimmo, Fariz RM, Arry Syaff, Benny Soebardja, Eric Martoyo, Bangkit Sanjaya, Doddy Katamsi, dan Andy /rif. 

Tidak, Anda sama sekali tidak salah baca ketika melihat nama Doddy Katamsi di dalam line-up. Vokalis band Seven Years Later ini didaulat untuk menggantikan Ecky Lamoh sebagai penyanyi lagu Musisi dari God Bless. Sementara satu lagu lain yang dibawakan Ecky pada Konser Musik Gagah #1, The Beast (Edane), tidak dibawakan sama sekali. 

Benny Soebardja saat membawakan lagu Apatis (Fato: Azhan Miraza)

Poin penting yang hilang dalam acara kali ini cuma Fariz RM yang tidak bermain drum dalam lagu Palestina. Ukuran panggung yang tidak mampu menampung dua set drum seperti di Titan Center membuat gimmick itu hilang. Sedikit kurang garam memang, mengingat penonton sudah sangat jarang melihat Fariz RM memukul 'beduk Inggris'.

Namun demikian, kehadiran Direktur Utama Freeport, Tony Wenas yang bermain kibor dalam lagu Armageddon dan bernyanyi dalam Balada Sejuta Wajah membuat event ini memiliki cita rasa berbeda dibandingkan sebelumnya. Apalagi di lagu Sangkakala, Adi Adrian (KLa Project) juga ikut bermain kibor. 

Sebagai informasi. Komunitas Indonesia Maharddhika berawal dari album kompilasi Indonesia Maharddhika yang dirilis lima tahun lalu. Tajuk album ini dicomot dari tembang karya Roni Harahap dan Guruh Soekarnoputra, salah satu nomor digdaya dari album fenomena Guruh Gipsy (1976). Indonesia Maharddhika dibawakan ulang melalui sentuhan magis maestro Indonesia Iwan Hasan dan menampilkan para musisi tamu, antara lain Marcell Siahaan, Indra Lesmana, Keenan Nasution hingga eks kibordis Yes, Rick Wakeman.

Dengan tetap mempertahankan 'ruh' aslinya, lagu ini dibuat lebih segar dan dinamis lewat persilangan elemen Barat (rock) dan Timur (Bali). Deretan musisi lain yang menjejali album ini antara lain Cockpit yang membawakan nomor berjudul Haruskah Aku Berlari, The Miracle dengan Free Your Mind, The KadriJimmo lewat Srikandi, Discus (The Machine), Van Java (Propecy of Jayaba), Imanissimo feat. Andy /rif (Simfoni Indonesia - Rock Opera Adegan I (Krisis Budaya)), Vantasma (Jakarta (Jet Black City)), Atmosfera (Ragu/Sibincar Layo), dan In Memoriam (The Ghosts of Ancient Patriot). 

Rencananya, Konser Musik Gagah akan dilaksanakan sebulan sekali. Malang, telah didaulat sebagai persinggahan berikutnya pada 26 Desember mendatang.