Hasil Rapid Test Temukan Banyak Pasien Positif COVID-19 di Jawa Barat

JAKARTA - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, sudah ada 15 ribu warganya yang mengikuti rapid test (tes cepat) virus corona atau COVID-19. Dari 15 ribu orang yang ikut rapid test itu, 600-an orang di antaranya positif virus tersebut.

"Dari 15 ribu yang dilaporkan ke kami, pak (Wapres), berita buruknya terdapat 677 positif. Jadi, semakin kita banyak tes, semakin kita tahu virus-virus ini sedang beredar di mana saja," ucap Ridwan, Jumat, 3 April. 

Hal ini dilaporkan Ridwan Kamil kepada Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin dalam rapat koordinasi lewat video conference di kantor masing-masing.

Rapid test ini, kata Ridwan, dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan Jabar secara door to door, drive thru, dan pemeriksaan di rumah sakit serta puskesmas. 

>

Hasil positif terbanyak berada di Sekolah Pembentukan Perwira Lembaga Pendidikan Polri (Setukpa Lemdikpol) Sukabumi. Lokasi ini dilakukan rapid test karena ada 7 orang dinyatakan positif virus tersebut. Setelah itu, dari sekitar 1.500 warga sekolah yang dites, ternyata terdapat hasil 310 orang positif COVID-19. 

"Jadi, per hari ini, Sukabumi adalah kota yang paling banyak individu terpapar COVID-19 di luar Jakarta. Untungnya dia berkumpul di satu sekolahan. Jadi, satu sekolah kami isolasi, kegiatannya diambil alih Kapolri," tutur Ridwan. 

Selain itu, jemaah Gereja Bethel Bandung juga menjadi salah satu klaster yang dilakukan rapid test. Sebab, pada awal Maret lalu, para jemaah mengikuti seminar keagamaan. Ternyata, saat itu, sang pendeta dan istrinya terpapar COVID-19. Dari 637 jemaah Gereja Bethel yang dites, hasilnya menunjukkan 226 orang yang dinyatakan positif.

"Mereka berkumpul dan pendetanya melakukan sentuhan fisik. Sekarang, pendeta dan istrinya meninggal karena COVID-19. Hasil (rapid test) rasionya lebih besar (dari rapid test di lokasi lain), sekitar 35 persen," jelasnya. 

Namun, jumlah 667 warga Jabar yang positif berdasarkan hasil rapid test belum dinyatakan sebagai kasus resmi oleh Kementerian Kesehatan. Sebab, mereka perlu menjalani tes swab (uji spesimen liur) PCR yang lebih akurat. Namun, Ridwan menyayangkan minimnya jumlah sampel swab yang dites oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan. Mereka hanya mampu memeriksa maksimal 200 sampel per hari. 

Untungnya, Jawa Barat memiliki alat swab yang dibeli secara mandiri dari Korea Selatan. "Kami bisa tes 500 sampel di labkes kami. Dari 500 tes sendiri itu kami menemukan hasil positif misalnya Wali Kota Bogor Bima Arya, Wakil Wali Kota Bandung, dan Bupati Karawang," ungkap Ridwan. 

 

Ridwan mempredikisi, sebenarnya masih banyak kasus positif yang belum terungkap oleh data pemerintah. Hal ini ia dasarkan kepada pengetesan kasus-kasus positif di Jawa Barat. 

Berkaca pada kasus positif di Korea Selatan, angka positif COVID-19 di sana mencapai lebih dari 9.000 orang, dengan jumlah penduduk 51 juta. Anggapan Ridwan, banyaknya jumlah kasus positif di Korea Selatan karena mereka mampu mengetes PCR sebanyak 15 ribu orang per hari. 

"Maka, saya meyakini sebenarnya hari ini kasus kita berkali-kali lipat. Tapi, karena kecepatan tes tidak sebanyak yang kita harapkan, maka data itu seolah-olah sedikit yang datang," ujar Ridwan. 

Oleh karenanya, Ridwan meminta agar pemerintah pusat lebih memasifkan kapasitas tes kasus COVID-19. "Itulah peran pemerintah pusat dibutuhkan memperbanyak alat tes sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan," tutup dia.