Polisi Bantah Motif Anak Bunuh Orangtua di Lebak Bulus karena Tekanan Pendidikan

JAKARTA - Polisi masih mendalami motif pembunuhan yang diduga dilakukan MAS (14) terhadap ayah kandungnya, APW (40) dan Neneknya, RM (69) di Perumahan Taman Bona, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu, 30 November, lalu.

Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi membantah soal motif pembunuhan yang dilakukan remaja SMK di Jaksel itu diakibatkan karena tekanan Pendidikan dari orang tua terhadap terduga pelaku.

Ia menjelaskan, MAS telah mengakui jika diminta untuk belajar oleh orangtuanya. Namun, permintaaan itu bukanlah paksaan, akan tetapi keinginan orang tua pada umumnya agar sang anak menjadi pintar.

“Dia memang disuruh belajar, tapi itu hal biasa bagi anak yang berkonflik dengan hukum ini. Jadi itu memang menjadi kebiasaan dari ibu bapaknya, dia disuruh belajar. Dia bilang 'ini bukan paksaan',” kata Nurma kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Selatan, Selasa, 3 Desember.

Nurma juga menyebut bila MAS mengikuti permintaan orangtuanya karena ia menganggap itu adalah kewajiban, bagi seorang pelajar pada umumnya. Sehingga dia melakukannya dengan senang hati.

“Memang disuruh dari bapak dan ibunya. Tapi dia tidak merasa ditekan, karena dia bilang 'kalau saya belajar saya pintar'. Itu yang diungkapkan anak yang berkonflik dengan hukum. Jadi walaupun dia memang disuruh untuk belajar, tapi dia mengerjakan dengan senang hati,” tutupnya.

Beredar isu MAS melakukan tindakan keji terhadap orangtuanya karena mendapat tekanan pendidikan dari orangtuanya. Unggahan dari akun @aci_islandi di media sosial Instagram dan X menyebut pelaku merupakan teman anaknya saat masih duduk di bangku SD.

"Pelaku adalah teman sewaktu SD dengan anak saya, dan saya sangat iba sebenarnya dengan pelaku yang mengalami depresi akibat ambisi orangtuanya semenjak kecil," tulisnya, dikutip Minggu, 1 Desember.

Ditulis Aci, pelaku saat masih kelas 4 kerap tertidur di kelas. Saat itu, ketika pelaku ditanya oleh wali kelasnya, dia menjawab dirinya baru tidur jam 1 pagi karena harus belajar dan mengerjakan tugas dari tempat les.

"Sedangkan tekanan dari orangtuanya, pelaku harus jadi anak pintar, harus masuk sekolah negeri seperti jejak kedua orangtuanya yang berlatarbelakang lulusan universitas Negeri di Depok," tulisnya.

Aci menjelaskan, anaknya berteman dan memiliki kontak WhatsApp dengan pelaku hingga saat ini. Sebelum peristiwa berdarah itu terjadi, pelaku masih menggunggah status di WA.

"Pelaku masih mengunggah status di WA seperti ini: Gue baru sampe rumah, udah disuruh belajar lagi, padahal ujian masih hari selasa," tulisnya.