Dirancang Bikin Ketagihan, Rahasia Desain Tabung Pringles yang Membuat Kripik Kentangnya Menggoda

JAKARTA - Pringles bukan sekadar kripik kentang biasa. Dari bentuk uniknya hingga tabung khasnya, semua dirancang dengan cermat untuk menciptakan pengalaman makan yang tak terlupakan. Namun, tahukah Anda desain tabung Pringles yang unik ini memiliki tujuan lain?

Dilansir VOI dari laman Daily Mail pada Selasa, 3 November 2024, seorang mantan konsultan makanan mengungkapkan bagaimana tabung Pringles dirancang khusus untuk membuat kita terus mengonsumsinya lebih banyak.

Dalam sebuah dokumenter dua bagian berjudul Irresistible: Why We Can't Stop Eating yang ditayangkan di BBC, Dr. Chris van Tulleken menyelidiki bagaimana makanan ultra proses dirancang untuk menjadi sangat adiktif secara psikologis.

Dalam episode pertama, Dr. Chris berbicara dengan beberapa pakar industri makanan global tentang bagaimana makanan ultra-proses dibuat agar sulit untuk ditolak.

Salah satu pengungkapan menarik datang dari Profesor Barry Smith, seorang Professor Konsultan Makanan Sensorik menjelaskan desain tabung Pringles sengaja memanfaatkan naluri manusia.

"Tabung Pringles sengaja dibuat lebih kecil, sehingga tangan kita tidak muat sepenuhnya. Hal ini meniru pengalaman 'mengais makanan', seperti beruang yang mencoba mencari makanan. Proses ini meningkatkan keinginan kita untuk terus mengambil lebih banyak," ungkap Barry.

Selain itu, desain tabung dan tekstur keripik yang renyah dirancang untuk memberikan pengalaman sensorik. Suara 'kres' saat keripik patah menambah daya tariknya. Ini menciptakan pengalaman yang memuaskan setiap kali kita makan.

Menurut Barry, suara memiliki pengaruh besar dalam membuat makanan lebih menarik. Misalnya, suara kemasan keripik yang renyah atau bunyi saat tutup tabung dibuka dirancang untuk memberikan kesan menggiurkan.

Ini disebut sonic branding, di mana suara menjadi identitas merek yang membuat produk lebih melekat di benak konsumen.

"Suara pembukaan kaleng atau patahnya KitKat adalah hasil kerja keras para insinyur suara," tambahnya.

Dokumenter ini juga mengungkap bagaimana tekstur, kemasan, dan budaya makan ringan mendorong kita untuk terus mengonsumsi makanan ultra-proses.

Dr. Chris menjelaskan bahwa makanan jenis ini dirancang untuk memikat pancaindra. Hal ini membuat kita sulit berhenti mengonsumsinya.

"Makanan ultra-proses menggabungkan garam, lemak, dan gula dalam kemasan yang sangat menarik. Ini bukan hanya tentang rasa, tetapi juga logo, pemasaran, dan tampilan kemasan," katanya.

Fenomena makanan ultra-proses mulai berkembang pesat sejak tahun 1970-an, bersamaan dengan lonjakan obesitas global. Dr. Chris menyoroti bagaimana perusahaan makanan mulai menggunakan sains untuk meningkatkan daya tarik produk. Hal ini membuat orang makan lebih cepat dan banyak.

"Jika Anda menemukan bahan-bahan dalam makanan yang tidak biasa ditemukan di dapur rumah, itu mungkin makanan ultra-proses," jelasnya.

Makanan ultra-proses tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan emosional dan mental. Penelitian menunjukkan bahwa banyak orang kesulitan untuk berhenti mengonsumsi makanan jenis ini, yang dapat memicu masalah kesehatan jangka panjang.

Dr. Chris menggambarkan dirinya sebagai bagian dari kelompok dokter yang khawatir tentang dampak sistem makanan global terhadap kesehatan manusia.

"Kita sedang menghadapi krisis makanan," tegasnya.