Pasukan Keamanan Pakistan Sweeping Pendukung Imran Khan Usai Bentrok yang Tewaskan 6 Orang

JAKARTA - Pasukan keamanan Pakistan melancarkan sweeping tengah malam terhadap pendukung mantan Perdana Menteri Imran Khan yang dipenjara. Ratusan orang ditangkap di tengah suasana kacau.

Ribuan pengunjuk rasa sebelumnya berkumpul di pusat kota Islamabad setelah konvoi yang dipimpin oleh istri Khan, menerobos beberapa garis keamanan sampai ke tepi zona merah kota yang dijaga ketat.

Zona merah, yang dijaga oleh tentara, menampung kantor dan gedung paling penting di negara itu, termasuk parlemen dan pusat misi luar negeri.

Dilaporkan Reuters, Rabu, 27 November, setidaknya enam orang, termasuk empat tentara paramiliter, tewas sebelum sweeping Selasa malam dilancarkan.

Stasiun penyiaran lokal Geo News dan ARY melaporkan sweeping besar-besaran dilancarkan oleh pasukan keamanan di tengah-tengah pusat kota Islamabad yang gelap gulita, di mana lampu dimatikan dan rentetan gas air mata ditembakkan. Pertemuan protes hampir sepenuhnya bubar, lapor mereka.

Partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), mengatakan mereka berencana melakukan aksi duduk di zona merah sampai Khan dibebaskan, yang telah dipenjara sejak Agustus tahun lalu.

Menteri Dalam Negeri Pakistan Mohsin Naqvi, berbicara kepada wartawan, mengesampingkan negosiasi apa pun dengan para pengunjuk rasa yang menurutnya menggunakan senjata melawan pasukan keamanan dan bersenjata lengkap serta telah melanggar larangan berkumpul di kota tersebut.

Perdana Menteri Shehbaz Sharif menyalahkan para pengunjuk rasa atas kematian tentara tersebut, dan menuduh mereka menabrak pasukan paramiliter dengan konvoi kendaraan.

Zulfikar Bukhari, juru bicara PTI, membantah tuduhan itu. Dia mengatakan dua pengunjuk rasa juga tewas dan 30 orang terluka dalam bentrokan tersebut.

Salah satu pengunjuk rasa ditembak mati dan yang lainnya ditabrak kendaraan, kata Bukhari.

Pihak berwenang tidak menanggapi pertanyaan yang berusaha mengkonfirmasi kematian tersebut. Reuters tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen.

"Ini bukan protes damai. Ini ekstremisme," kata Sharif menyebut aksi ini bertujuan untuk mencapai "desain politik yang jahat".

Sharif mengatakan kekerasan tersebut mendorong lembaga penegak hukum ke “batas pengendalian diri”.

Sebelumnya, dalam postingan di X dari penjara, Khan, 72 tahun, mengatakan pesannya kepada para pendukungnya adalah untuk berjuang sampai akhir.

“Kami tidak akan mundur sampai tuntutan kami dipenuhi,” katanya, seraya menuduh pasukan keamanan menembaki pekerja partai yang melakukan aksi damai.

Kekerasan meletus pada akhir demonstrasi yang dipimpin oleh istri Khan, Bushra Bibi dan pembantu utamanya Ali Amin Gandapur, yang tiba di Islamabad pada Selasa pagi.

Wartawan Reuters melihat beberapa pengunjuk rasa menggeledah kendaraan dan membakar kantor polisi. Mereka juga menyerang dan melukai jurnalis di dua lokasi terpisah,.