Tren Sleep Tourism Meningkat, Habiskan Waktu Libur dengan Tidur Pulas

JAKARTA - Pernahkah Anda mendengar tentang wisata tidur atau sleep tourism? Belakangan jenis wisata yang satu ini menjadi tren dan digemari oleh banyak orang.

Melansir dari Real Simple, Selasa, 26 November 2024, sleep tourism menjadi tren karena dipengaruhi oleh aktivitas padat masyarakat sehari-hari. Menurut data CDC, sebanyak 36,8 persen orang Amerika Serikat mengalami kekurangan tidur karena aktivitas padat.

Hal tersebut menyebabkan adanya peningkatan stres karena masalah tidur. Hubungan kedua hal itu sulit dipisahkan, karena tidur dapat menyebabkan stres, dan stres atau beban pikiran dapat membuat seseorang kesulitan untuk tidur.

Dengan alasan tersebut, jika memiliki waktu libur, kini banyak orang yang memprioritaskan untuk tidur. Liburan yang menenangkan dapat membantu untuk mengembalikan semangat.

Wisata tidur pun semakin digandrungi dan diharapkan menjadi tren perjalanan terbesar di tahun 2025 mendatang. Tujuan wisata tidur bukan mencari petualangan, melainkan wisatawan mewujudkan impian mereka untuk mendapatkan tidur yang berkualitas.

Perkembangan tren wisata tidur ini juga sudah dilirik oleh berbagai sektor pariwisata. Seperti data Hotel Hilton di AS menunjukkan bahwa sebagian besar orang berpergian untuk beristirahat dan mengisi ulang tenaga.

Oleh karena itu, Hotel Hilton memprioritaskan fasilitas Power Down. Fasilitas ini menyediakan kasur dan perlengkapan tidur, dilengkapi dengan pengontrol suhu berkualitas, kaus kaki, serta teknologi pengedap suara.

Hotel-hotel lainnya juga sudah mulai memerhatikan keinginan tamu mereka untuk dapat tidur lebih baik. Hotel menawarkan menu bantal, mencakup pilihan bantal yang biasa digunakan tamu seperti bulu angsa atau lainnya, demi membantu menciptakan suasana tidur yang lebih baik.