Ilmuwan Sukses Membuat Spaghetti Tertipis di Dunia, Ukurannya Lebih Kecil dari Sehelai Rambut
JAKARTA - Sekelompok ilmuwan kimia dari University College London (UCL), Inggris, berhasil menciptakan spaghetti tertipis di dunia. Spaghetti memiliki ketebalan 200 kali lebih tipis daripada helaian rambut manusia.
Penelitian yang dipublikasikan di Nanoscale Advances menyatakan spaghetti tertipis ini telah memecahkan rekor sebelumnya. Karena setiap helai spaghetti yang dibuat sangat sedikit, bahkan terlalu kecil untuk dapat ditangkap dengan jelas oleh kamera cahaya atau mikroskop biasa.
Para peneliti menggunakan mikroskop elektron pemindaian. Mikroskop ini bekerja dengan memindai sampel menggunakan berkas elektron dan menghasilkan gambar berdasarkan pola elektron yang terdefleksi.
Spaghetti yang hampir tak tampak ini bukanlah makanan yang dirancang untuk dikonsumsi, karena akan matang hanya dalam waktu kurang dari satu detik. Spaghetti ini diciptakan karena serat-serat halus di dalamnya, yang disebut nanofiber. Spaghetti ini membantu regenerasi tulang dan aplikasi medis lainnya.
Tim peneliti menggunakan teknik yang disebut electrospinning untuk menciptakan nanofiber dengan diameter hanya 372 nanometer, yang berasal dari campuran tepung. Mereka menggunakan tepung dan asam formiat, bukan air, karena asam formiat dapat memecah heliks (tumpukan besar spiral) yang membentuk pati.
Selain itu, mereka juga harus memanaskan campuran tersebut selama beberapa jam. Lalu, mendinginkannya perlahan untuk memastikan konsistensinya tepat. Proses ini mirip dengan pembuatan spaghetti biasa, di mana adonan tepung dan air didorong melalui lubang logam. Namun, dalam penelitian ini, mereka menarik campuran tepung dengan muatan listrik.
"Ini benar-benar seperti spaghetti, tetapi jauh lebih kecil," kata Dr. Adam Clancy, salah satu penulis studi tersebut, dikutip VOI dari laman NDTV pada Selasa, 26 November 2024.
Baca juga:
Nanofiber yang terbentuk bersifat hidrofilik. Ini berarti dapat digunakan sebagai pengganti pati dalam aplikasi nanofiber yang ramah lingkungan dan terbiodegradasi. Beberapa aplikasi potensialnya meliputi pembalut medis generasi berikutnya, atau elektroda superkapasitor yang telah dipanaskan.
"Nanofiber, seperti yang terbuat dari pati, menunjukkan potensi besar dalam penggunaannya pada pembalut karena sifatnya yang sangat berpori. Selain itu, nanofiber juga sedang diteliti untuk digunakan sebagai scaffold (pembantu penopang) dalam pertumbuhan jaringan, karena mereka meniru matriks ekstraseluler, jaringan protein dan molekul lainnya yang dibangun oleh sel untuk mendukung dirinya sendiri." ujar Profesor Gareth Williams, rekan penulis penelitian ini.
Dengan temuan ini, ilmuwan berharap inovasi dalam pembuatan nanofiber dapat membuka jalan bagi kemajuan dalam bidang medis dan teknologi. Hal ini memberikan solusi lebih ramah lingkungan serta efektif untuk berbagai aplikasi masa depan.