Rupiah Diprediksi Melemah ke Rp16.000 per Dolar AS Didorong Ekspetasi Berkurangnya Suku Bunga AS Turun

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 22 November 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 21 November 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,38 persen di level Rp15.930 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,52 persen ke level harga Rp15.942 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan harapan untuk jalur penurunan suku bunga telah dikurangi, meskipun tidak stabil, dalam beberapa minggu terakhir. 

"Pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin sebesar 52 persen pada pertemuan Fed bulan Desember, turun dari 82,5 persen seminggu yang lalu, menurut FedWatch Tool milik CME," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat, 22 November.

Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan sebagian besar ekonom memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan Desember, dengan penurunan yang lebih dangkal pada tahun 2025 daripada yang diharapkan sebulan yang lalu karena risiko inflasi yang lebih tinggi dari kebijakan Trump. 

Selain itu, Ibrahim menyampaikan komentar terbaru dari pejabat Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, telah menunjukkan bahwa bank sentral bersikap lambat dan terukur dalam jalur penurunan suku bunganya.

"Investor sedang menunggu Trump untuk menunjuk seorang menteri keuangan, salah satu jabatan kabinet dengan profil tertinggi yang mengawasi kebijakan keuangan dan ekonomi negara. Beberapa pilihan Trump lainnya telah menimbulkan pertanyaan tentang kualifikasi dan pengalaman mereka," jelasnya. 

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia mengungkapkan masih akan ada ruang penurunan suku bunga atau BI Rate ke depan, meski akan terbatas. Penurunan suku bunga BI akan mempertimbangkan rendahnya inflasi, serta pertumbuhan ekonomi nasional.

Lebih lanjut, melihat perkembangan dinamika global yang bergerak cepat, saat ini fokus BI diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik hingga perekonomian global, dengan perkembangan politik AS paska kemenangan Donald Trump sebagai presiden.

Sehingga, arah kebijakan suku bunga BI ke depan akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi di dalam negeri serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga lebih lanjut. 

Sebelumnya, BI memutuskan untuk menahan suku bunga atau BI Rate sebesar 6 persen, dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility 6,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2024.

Keputusan menahan BI Rate ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan terkendalinya inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 22 November 2024 dalam rentang harga Rp15.920 - Rp16.000 per dolar AS.