Rupiah Diproyeksikan Melemah Didorong Ketegangan Konflik Geopolitik Global

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 21 November 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu, 20 November 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,16 persen di level Rp15.871 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,26 persen ke level harga Rp15.858 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan ketegangan konflik geopolitik menjadi fokus setelah ancaman nuklir Moskow meningkat antara Rusia dan Ukraina.

"Moskow menurunkan ambang batas pembalasan nuklir atas serangan Ukraina sebagai respons terhadap AS yang dilaporkan mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh oleh Ukraina terhadap Rusia, yang diperingatkan Moskow dapat menandai eskalasi mengerikan dalam konflik tersebut," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Kamis, 21 November.

Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan negaranya akan melakukan semua yang bisa dilakukannya untuk menghindari perang nuklir. Namun permusuhan dengan Ukraina terus berlanjut, karena kedua negara melancarkan serangan yang melemahkan satu sama lain selama seminggu terakhir.

Selain itu, Ibrahim menyampaikan pasar tetap tidak yakin tentang apa yang akan terjadi pada ekonomi dan suku bunga AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, di tengah beberapa keraguan tentang apakah Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada bulan Desember.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 19-20 September 2024.

Adapun pada RDG bulan sebelumnya, BI juga mempertahankan BI rate di level 6 persen, Bukan hanya suku bunga acuan, suku bunga deposit facility juga dipertahankan di level 5,25 persen, dan suku bunga lending facility dipertahankan di level 6,75 persen.

Keputusan mempertahankan BI rate 6 persen ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendali inflasi dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025.

Adapun hal tersebut berguna untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, maka fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dan tantangan politik di Amerika Serikat.

Ke depan, Bank Indonesia terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah, dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan lebih lanjut. Kebijakan makro prudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan dan UMKM, memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Kamis, 21 November 2024 dalam rentang harga Rp15.800 - Rp15.890 per dolar AS.